Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Celoteh » Dari Membaca Ke Karya

Dari Membaca Ke Karya

  • account_circle admin
  • calendar_month Jum, 8 Apr 2022
  • visibility 48
  • comment 0 komentar

Mencipta sebuah karya yang mesti disiapkan adalah banyak membaca. Membaca buku, koran, majalah, status dimedia sosial sampai membaca kondisi atau keadaan yang tengah terjadi. Karena membaca adalah modal utama dalam menciptakan sebuah karya. Semakin banyak bacaan; maka semakin banyak kosa kata. Sehingga akan memudahkan kita untuk merangkai kalimat hingga menjadi rentetan paragraf utuh dalam karya dan enak dibaca.

Sepertinya halnya menjadi seorang penulis. Membaca, melihat atau bahkan mendengar apapun bisa langsung menjadi sebuah karya. Lebih-lebih bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah jika dikirimkan serta dimuat media online atau pun ofline dan ke penerbit atau tercetak menjadi sebuah buku. Saya dulu pernah terlintas dan membayangkan, bagaimana menjadi seorang penulis. Tapi jika dihadapkan pada kenyataan saya belum mampu, karena masih suka maju mundur untuk menulis.  Bimbang dengan potensi diri sendiri.

Saya mengidolakan Mbak Najwa Shihab, presenter program tv Mata Najwa. Selain menjadi seorang presenter Mbak Nana panggilan akrabnya, juga merupakan seorang jurnalis. Dia konsen membahas isu-isu terkini dikalangan pemerintahan dan masyarakat secara luas. Hingga isu perempuan yang kian hari selalu saja bermunculan. Pelik.  Karena hal itulah saya terhipnotis dengan pembawaannya yang lugas, cerdas, namun tetap tegas didepan para narasumber, saat dihadirkan maupun dalam setiap tulisan yang disajikan. Dalam benak saya wah keren sekali Mba Nana ini tidak takut dan tidak gentar menghadapi petinggi-petinggi pemerintahan.  

Pernah terlintas ingin mengikuti jejaknya. Namun, saya hanya tertawa ketika angan itu terlintas. Bagaimana mau mengikuti jejaknya wong membaca saja saya masih suka moodian. Pasang surut kayak air laut. Suatu ketika saya pernah membaca sebuah kutipan dari penulis Pramodya Ananta Toer, “Orang boleh setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Dari situlah saya jadi berpikir untuk latihan menulis. Menulis untuk menghasilkan sebuah karya, bukan menulis untuk mengerjakan tugas mata pelajaran lho ya.

Dalam menjalani kehidupan ini kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hari esok,  seperti yang saya alami saat ini. Saya tidak tahu jika takdir menuntun saya bertemu dengan seseorang yang baik dan tulus hendak membantu saya dimasa yang akan datang. Seorang penulis lepas dengan rekam jejak tulisannya sudah tidak diragukan lagi.  Saban hari ia selalu tidak lupa untuk mengingatkan saya membaca, dan selalu bertegur sapa baik secara langsung maupun saat sedang berjauhan. Kami selalu intens dalam berkomunikasi. Karena dengan cara itulah ia membimbing saya.

Sampai suatu ketika saya dimintainya untuk menuliskan sebuah berita. Awalnya saya ragu, karena saya sendiri tidak mempunyai basic dalam bidang penulisan berita dan jurnalistik, lha wong zaman masih mengenyam pendidikan formal  saja, saya tidak ikut bergabung dalam UKM yang menaungi bidang tulis menulis. Tetapi entah dia sudah menerawang kalau saya mampu menulis atau apa saya tidak tahu, yang pasti saya mau menulis berita atas permintaanya. Maka jadilah tulisan berita saya pertama. Berantakan. Itulah kesan pertama yang saya dapatkan. Meski begitu, saya sangat menyadari bahwa tulisan saya memang masih jauh dari tulisan teman-teman yang sudah sering menulis. Apalagi dengan tulisannya. Sebab semuanya perlu proses.

Harus Tetap Menulis

 Saya bingung, apa yang hendak saya tulis. Meskipun kadang banyak ide berseliweran dikepala. Namun saat hendak dirangkai dalam tulisan saya merasa gelagapan dan tidak bisa menuliskan satu kata pun. Aneh, tapi itu nyata. Kadang meski sudah jadi tulisan entah berapa baris saya selalu tidak percaya diri dengan karya saya. Ada banyak hal yang berkecamuk dipikiran, disatu sisi apakah nanti ada yang tersinggung dengan tulisan saya atau nanti malah menyesatkan orang dengan apa yang saya tulis. Tapi sisi lain, saya merasa tidak ada salahnya toh saya hanya menuliskan apa yang saya ketahui. Pun tidak menyebutkan nama person atau memuat hal-hal yang berbau sara atau isu-isu yang sangat sensitif.

Dan pada akhirnya tulisan itu saya hapus. Begitu terus, sampai suatu ketika ia melihat tulisan saya di dinding Facebook tentang ulasan saya saat menyimak ngaji posonan kitab Assittin Al-Adliyyah via Youtube. Kitab ini menerangkan tentang bagaimana seharusnya relasi antara perempuan dan laki-laki dalam pandangan Islam. Setiap hari ketika selesai mengaji saya tulis didinding Facebook. Waktu itu saya hanya berpikiran untuk membagikannya kepada teman-teman dunia maya apa yang saya tangkap dari menyimak kitab yang sedang diterangkan.

 Alih-alih biar ilmunya dapat bermanfaat jika dibagikan dengan yang lain. Saya dimintainya untuk merapikan tulisan tersebut dan hasilnya jadilah sebuah artikel yang dimuatnya di salah satu media online. Itu adalah tulisan artikel saya yang pertama. Saya heran, ternyata saya bisa menulis. Meski butuh waktu lama untuk merapikannya.  Begitu seterusnya ketika ada kegiatan dari lembaga tempat saya bekerja saya diminta untuk menuliskannya. Sedikit demi sedikit katanya tulisan saya semakin lumayan. Ya meskipun masih perlu bantuannya untuk mengedit agar nikmat dimata pembaca. Beberapa waktu yang lalu saya dipinjami buku Jalan Sunyi Seorang Penulis karya Muhidin  M Dahlan darinya. Belum tuntas saya membacanya baru dapat seperempat. Katanya buku ini yang menjadi motivasinya ketika ia sedang dirundung kemalasan dalam menulis. Setelah membaca buku ini ia jadi kembali bersemangat seperti mendapat suntikan energi untuk kembali menulis.  Sampai tulisan ini dibuat saya masih tidak percaya bahwa saya bisa menulis. Ternyata nikmat juga, mengurangi beban dikepala. Karena apa yang terlintas telah tertuang dalam rangkaian kata yang menjadikannya sebuah bacaan, meskipun amburadul, alakadarnya. (Inayatun Najikah, Pembaca Buku)

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI

    Puasa setelah Puasa

    • calendar_month Sel, 2 Apr 2024
    • account_circle admin
    • visibility 37
    • 0Komentar

    Oleh Hamidulloh Ibda* Kebanyakan orang memandang, memahami, menginterpretasi bahwa puasa ya hanya puasa Ramadan. Ya, benar kalau itu puasa wajib sebagai bagian dari rukun Islam. Namun, sebenarnya banyak puasa setelah puasa, puasa di atas puasa, puasa pasca puasa. Realitasnya, setelah bulan Ramadan yang penuh berkah berlalu, umat muslim di seluruh dunia seringkali berpikir tentang bagaimana […]

  • Benarkah Puasa Menyehatkan

    Benarkah Puasa Menyehatkan

    • calendar_month Rab, 12 Mar 2025
    • account_circle admin
    • visibility 86
    • 0Komentar

    Oleh Hamidulloh Ibda* Puasa telah menjadi bagian dari tradisi keagamaan dan budaya di berbagai belahan dunia, khususnya dalam Islam. Selain sebagai bentuk ibadah, puasa juga diklaim memiliki banyak manfaat kesehatan. Namun, masih ada sebagian orang yang meragukan apakah puasa benar-benar berdampak positif bagi tubuh. Kita harus membeda fakta ilmiah mengenai manfaat puasa yang menyehatkan. Dari […]

  • Konfercab IPNU dan IPPNU

    Konfercab IPNU dan IPPNU

    • calendar_month Jum, 5 Mei 2017
    • account_circle admin
    • visibility 49
    • 0Komentar

    Pati. Pengurus Cabang Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama Kabupaten pati ini menggelar konferensi cabang ke XI  dilaksanakan di SMPNU Karaban. Sabtu 29/04 kemarin. “Kami Mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus PC IPNU IPPNU Masa Khidmah 2014-2016 yang sudah melaksanakan segala program kerja dan sudah meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya untuk […]

  • Santri-Santri dari Berbagai Pesantren Ikuti Bahtsul Masail RMI NU Pati

    Santri-Santri dari Berbagai Pesantren Ikuti Bahtsul Masail RMI NU Pati

    • calendar_month Ming, 19 Okt 2025
    • account_circle admin
    • visibility 106
    • 0Komentar

      Pcnupati.or.id – Dalam rangka memperingati Hari Santri 2025, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Kabupaten Pati menyelenggarakan kegiatan Bahtsul Masail Santri, di Madrasah Salafiyah Kajen, Margoyoso, Sabtu (18/10/25). Ketua RMI NU Kabupaten Pati, KH. Muhammad Liwauddin, mengatakan bahwa kegiatan ini diikuti oleh perwakilan pesantren se-Kabupaten Pati. “25 pesantren ikut melaksanakan bahtsul masail ini. Harapan kami […]

  • Jajaran Pengurus ISHARI NU Pati Resmi Dilantik, Siap Kembangkan Seni Hadrah Bersanad

    Jajaran Pengurus ISHARI NU Pati Resmi Dilantik, Siap Kembangkan Seni Hadrah Bersanad

    • calendar_month Sen, 14 Jul 2025
    • account_circle admin
    • visibility 58
    • 0Komentar

    Jajaran Pengurus ISHARI NU Pati Resmi Dilantik, Siap Kembangkan Seni Hadrah Bersanad PCNUPATI.or.id – Jajaran pengurus Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI NU) Pati resmi dilantik. Pelantikan berlangsung saar Rapat Pleno PCNU Kabupaten Pati di Aula SMKNU Pati, Ahad (13/7/2025). Anwar Mahroni didapuk sebagai ketua pada periode 2025 -2030. Jajarannya dilantik langsung oleh Pengurus […]

  • PCNU-PATI Photo by Elliot Voilmy

    Berkesadaran

    • calendar_month Jum, 3 Nov 2023
    • account_circle admin
    • visibility 75
    • 0Komentar

    Oleh : Inayatun Najikah Pernahkah kalian merasa bahwa apa yang dilakukan orang tua kita justru malah membuat kita semakin tak bahagia? Meski dalilnya itu didasarkan untuk kebaikan kita? Atau pernahkah kalian merasa terbebani dengan permintaan-permintaan orang tua karena menganggap kita sudah dewasa dan seharusnya bisa mengabulkan segala keinginan tersebut? Salah satu yang menurut saya beban […]

expand_less