Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Bapak Hamdi van Holland

Bapak Hamdi van Holland

  • account_circle admin
  • calendar_month Sen, 23 Jan 2023
  • visibility 76
  • comment 0 komentar

Oleh : M. Iqbal Dawami

Hari itu adalah musim bunga bermekaran indah di halaman rumah. Keindahannya seolah hendak menyambut kedatangan kami yang tahun 2013 berlebaran di Bojong, Pandeglang. Ah, desa Bojong. Sebuah desa yang penuh dengan memori masa kecil dan remajaku. Kenanganku akan pasar Bojong, sawah Cijakan, dan sungai Cilemer tak lekang ditelan zaman.

Di teras halaman rumah kutatap semua hal yang ada di sekitarnya. Tak ada yang berubah. Aku berjalan menyusuri kebun yang letaknya di depan rumah. Kupandang setiap tanaman yang ada di situ. Kuperhatikan lebih lama bunga-bunga yang sedang mekar dengan indahnya. Kuhirup dalam-dalam udara depan rumah itu. Sejuk dan syahdu.

Aku merasa lebaran kali itu terasa sungguh istimewa. Dan aku bersyukur kepada Allah SWT dapat berlebaran di kampung halaman. Karena momen ini sungguh langka, tidak hanya lebaran Idul Fitri yang hanya setahun sekali, tetapi juga dapat bertemu dengan seseorang yang sekian lama tidak bertemu, kecuali pada saat aku masih kanak-kanak.

Orang itu adalah Bapak Hamdi. Beliau adalah Pak Dhe’, kakak dari ibuku dan putra pertama dari kakek-nenekku. Kami biasa memanggilnya Bapak Bai. Itu menjadi panggilan akrab beliau. Aku belum sempat bertanya bagaimana sejarahnya beliau mendapat panggilan itu. Aku menduga nama ini panggilan yang dibuat oleh kakek dan nenekku, lalu semuanya pada ngikut.

Bersama istri dan putriku, di suatu sore kami hendak menemui beliau, sekaligus buka bersama dengan seluruh anggota keluarga di rumah mendiang kakek dan nenek. Alhamdulillah beliau masih ingat padaku. Kucium tangannya, kemudian kupeluk badannya. Aku merasa dipeluk kakek. Wajah dan perawakannya sungguh mirip dengan kakek. Kemiripan itu tidak hanya aku yang mengakuinya, tapi juga orang lain. Misalnya, pada saat sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri beliau diperkenankan untuk berdiri memperlihatkan diri sembari diperkenalkan oleh ketua takmir masjid Al-Hidayah, Bapak Haji Sidik. Melihat sosok beliau, sontak para jamaah kaget, karena beliau begitu mirip dengan almarhum kakek.

Sudah 13 tahun beliau tidak pulang ke Indonesia. Tentu banyak hal dan peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga yang beliau lewatkan secara langsung. Di antaranya adalah wafatnya kakek dan nenek. Sebetulnya pada saat wafatnya nenek, beliau hendak pulang, tapi kakek melarangnya, tidak usah memaksakan diri apabila keadaannya tidak memungkinkan, ujar kakek. Kakek meyakinkankannya bahwa nenek wafat dengan begitu indah, tidak usah pulang, cukup doakan saja.

Selepas shalat Idul Fitri seluruh keluarga berziarah ke pusara kakek dan nenek yang letaknya di belakang mesjid. Setelah kami membaca surat yasin, tahlil, dan shalawat, beliau kemudian memimpin doa. Mendengar doa beliau, kami semua terisak. Sebuah doa yang menyentuh ke dalam relung hati kami. Doa yang begitu dimengerti sehingga air mata kami begitu deras membasahi pipi. Berikut doa yang masih kuingat:

“Ema, ibu, ieu anak-anak ema jeung ibu. Ieu incu-incu ema-ibu. Anak-anak, incu-incu ema-ibu nuju kumpul di boboran ieu… Ya Allah kami adalah anak-anak yang belum bisa berbakti pada kedua orangtua kami, tapi keduanya telah Engkau panggil. Jadikanlah doa kami untuk keduanya dapat diterima. Berilah cahaya (nur) di makam kedua orangtua kami, lapangkanlah dan berilah kebahagiaan untuk keduanya. Allahummajalhuma fi qobrihima addoyaau wannur walfushata wassuruur. Ya Allah maafkanlah dan ampunilah dosa kedua orangtua kami dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka berdua mengurus dan mendidik kami waktu kami masih kecil.”

Pada saat kami bersilaturahmi ke rumah adik kakek, yang biasa kami panggil Bapak Gunung, di Gunung Kencana, beliau memberi nasihat kepada kami semua. Beliau becerita panjang lebar tentang kakek dan nenek. Di sela-sela nasihatnya, beliau bercerita tentang kakek pada saat menunaikan ibadah haji. Cerita ini membuat semua kaget. Cerita ini tidak pernah kudengar sebelumnya, bahkan oleh orangtuaku sekalipun. Beliau merahasiakan cerita ini agar semuanya tidak panik, hingga pada waktunya bisa diceritakan. Dan pada saat itu ketika kami berkumpul di Gunung Kencana adalah waktu yang menurut beliau paling tepat untuk diceritakan.

Saya sedikit menyesal pada saat Bapak Bai memberi nasihatnya. Menyesal, mengapa pada waktu itu saya tidak merekamnya, sehingga saya bisa menyimpan nasihatnya itu lebih lengkap dan akan kutulis ulang untuk kuabadikan hingga semua keluarga dapat terus mengingatnya. Yang kuingat ada tiga poin dari nasihat beliau. Pertama, kudu inget ka ema jeung ibu. Kedua, ngalaksanakeun amanat ema jeung ibu. Ketiga, ngajaga silaturahmi

Di akhir nasihatnya, beliau menyitir doa yang begitu bagus yang belum pernah kudengar dari siapa pun dan dari kitab manapun: 


اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ
 
Ya Allah satukanlah hati kami dan perbaikilah hubungan kami, tunjukkanlah kami jalan keselamatan dan selamatkanlah kami dari jalan kegelapan kepada jalan yang terang, jauhkanlah kami dari keburukan baik yang nampak maupun yang tidak.”

Salah satu hal yang istimewa dan membawa berkah dengan kedatangan beliau adalah menghidupkan kembali antara silaturahmi dan piknik bersama sebagaimana yang sering kami lakukan pada saat kakek dan nenek masih ada. Ya, tatakala lebaran Idul Fitri tiba, kami semua berziarah ke orangtua kakek-nenek, bersilaturahmi, dan piknik.

Kurang lebih satu bulan setelah lebaran beliau kembali ke Belanda. Kenyataan itu sungguh membuat kami sedih. Tapi, soal kesedihan, beliau tidak kalah sedihnya dengan kami. Bahkan, mungkin beliau adalah orang yang paling sedih. Betapa tidak, beliau telah lama tidak bertemu, mencium tangan dan memeluk kakek dan nenek, sehingga yang ada adalah kerinduan. Namun, kerinduan itu tidak pernah terpenuhi karena keduanya sudah tiada. Bisa dibayangkan pada saat kakek dan nenek masih ada, tatkala Bapak Bai datang ke Bojong, di depan rumah, kakek dan nenek sudah menunggunya, berdiri dan menyapanya, “Anak aing, anak aing (anakku, anakku)…” Keduanya menyambut beliau dengan air mata berlinang, air mata bahagia karena rindu.

Saya teringat sebuah puisi yang ditulis Muhammad Iqbal, penyair dan filosof India, pada saat ia mengenang ibunya, dimana waktu itu Muhammad Iqbal sedang kuliah di Inggris. Begini puisinya: 

Siapakah itu, yang menungguku di rumah, berdoa untukku,

Dan merasa khawatir ketika surat-surat datang terlambat?

Pada pusaramu akan kutulis pertanyaan ini:

Siapa yang ingat kepadaku dalam salat malamnya?

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Ada Apa Dengan Tawasul

    Ada Apa Dengan Tawasul

    • calendar_month Ming, 4 Agu 2019
    • account_circle admin
    • visibility 41
    • 0Komentar

    Apa itu tawasul dan ada apa dengan tawasul? Sehingga tradisi tawasul yang mendarah daging bagi nahdliyin ini kerap dicap sebagai syirik oleh sebagian pihak. Simak opini dan penjelasan K. Ahmad Suja’i, berikut ini. Salah satu hobi kaum sarungan (santri) adalah ziarah ke para Aulia baik yang masih sugeng maupun yang sudah wafat, inilah salah satu […]

  • PCNU - PATI

    Ansor Banser Pati Lakukan Bersih Lingkungan Terdampak Banjir

    • calendar_month Sen, 18 Jul 2022
    • account_circle admin
    • visibility 57
    • 0Komentar

    Pati. Pada rabu malam hujan deras, (13/7/2022) mengakibatkan jebolnya tanggul Sungai dan menyebabkan banjir bandang di dua desa Kecamatan Margoyoso. Dua desa itu adalah Bulumanis Kidul dan Tunjungrejo. Berdasarkan laporan di lapangan, total ada 22 rumah warga yang hanyut terbawa banjir dengan rincian 12 rumah di Bulumanis Kidul dan 10 sisanya di Tunjungrejo. Tidak hanya […]

  • Pasar. Photo by Falaq Lazuardi on Unsplash.

    Pasar

    • calendar_month Rab, 31 Jan 2024
    • account_circle admin
    • visibility 30
    • 0Komentar

    Oleh : Niam At Majha Saya kembali lagi menulis parodi setelah sekian kali berhenti. Kalau di hitung satu bulan lebih saya tak menulis parodi yang menggelitik dan unik. Pada kesempatan kali ini saya akan menguraikan perihal pasar. Setelah kemarin teman saya bercerita tentang kondisi pasar, yang mana setiap orang berada di dalamnya mempunyai kepentingan berbeda-beda. […]

  • PCNU - PATI Photo by Pezibear

    Dear, Zaujiy

    • calendar_month Ming, 24 Jul 2022
    • account_circle admin
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Aku tidak akan mengatakan kisahku ini adalah kisah langka, lain daripada yang lain, atau extraordinary. Karena kenyataannya begitu banyak perempuan di dunia ini yang dibebat takdir menyedihkan sepertiku. Menikah bertahun-tahun tapi tak kunjung dianugerahi rejeki berupa keturunan. Menjadi pihak yang harus mau tidak mau memaklumi perasaan mertua dan suami yang ingin sekali menimang bayi. Apalagi […]

  • Puasa dalam Presfektif Kesehatan

    Puasa dalam Presfektif Kesehatan

    • calendar_month Sen, 27 Jun 2016
    • account_circle admin
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Pati. Pondok Pesantren Ar-Roudloh Kajen Margoyoso Pati mengadakan ceramah ilmiah untuk mengisi kegiatan pada bulan ramadhan, acara tersebut bertempat di aula Pondok Pesantren Ar Raudloh,Senin 2/6 kemarin.             “Selain mengaji kitab kuning dalam menyemarakan bulan suci ramadhan kami juga mengadakan ceramah ilmiah, hal tersebut dilakukan agar supaya para santri memahami tentang puasa, apabila puasa itu […]

  • PCNU Kabupaten Pati Gelar Halalbihalal

    PCNU Kabupaten Pati Gelar Halalbihalal

    • calendar_month Sen, 8 Mei 2023
    • account_circle admin
    • visibility 48
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati mengadakan Halalbihalal, Ahad (7/5/2023) siang. Kegiatan itu bertempat di aula kantor PCNU setempat.  Turut hadir dalam kegiatan tersebut, di antaranya adalah jajaran Syuriah dan Tanfidziyah PCNU Pati, Mustasyar PCNU Pati, Ketua MUI Kabupaten Pati, Rais Syuriah PCNU Pati, perwakilan Lembaga dan Badan Otonom (Banom), hingga seluruh jajaran […]

expand_less