Mengenang Kebaikan Gus Umar
Oleh : Muhammad Agung F. Aziz
Masih merasa kehilangan dengan berpulangnya Gus Umar. Terkenang masa 18 tahun silam saat ngaji Usul Fiikih dengan beliau. Gus Umar sosok kiai muda yang mendalam ilmu pengetahuannya. Pertemuan dengan beliau selalu kami rindukan, sebab jika sudah membahas ilmu, Gus Umar nampak seperti lautan, tak pernah habis meski berupaya di kuras. Selalu ada tema baru yang ia bahas secara mendalam. Padahal ketika itu, Gus Umar masih sangat muda. Saat ngobrol-ngobrol ringan pun, selalu ada ilmu pengetahuan yang terlontar secara spontan. Bolehlah dibilang, Gus Umar adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Gus F, guru kami lainnya yang kebetulan satu pondok dengan Gus Umar di Makkah, pernah bercerita, seorang ulama Saudi saat disodori skema tafsir manhaji karya Gus Umar, berkomentar takjub, “Hadza jabal” (ini adalah gunung pengetahuan). Orang Saudi, kata Gus F, menggunakan istilah jabal untuk menggambarkan kedalaman pengetahuan seseorang.
Gus Umar juga merupakan sosok yang luhur akhlaknya. Kedalaman ilmu dan keluhuran akhlak menyatu di dalam satu pribadi. Beliau menaruh perhatian kepada siapa saja. Menghormati siapa saja. Beliau berbicara santun dan tidak pernah terlihat marah. Foto ini merupakan kenangan pertemuan terakhir dengan Gus Umar, di Salatiga, kurang dari 2 tahun lalu. Saya ingin mencium tangannya. Tapi ia cepat menariknya dan malah merangkul saya.
Saat Gus Umar berpamitan, saya menggendong dan menyodorkan anak saya, agar disuwuk dan didoakan. Gus Umar pun mengecup dalam-dalam kening anak saya, hingga keluar bunyi berdecit.
Gus Umar benar-benar sosok kiai muda teladan. Selamat jalan, Gus. Kami kehilangan. Tapi Gusti Allah memang hendak memberikan derajat lebih tinggi kepada panjenengan.
Ghafarallahu lahu wa rahimahu wa askanahu fasiha jannaatih.