Semangat Idul Adha dalam membangun Solidaritas, Berbangsa dan Bernegara
Hari Raya Idul Adha merupakan momentum bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, terlebih bagi umat Islam yang sedang menunaikan ibadah haji di Makkah. Banyak hikmah yang bisa kita petik dari peringatan Hari Raya Idul Adha ini, agar kita semua senantiasa meneladani Nabi Ibrahim AS atas ketaatannya menjalankan perintah Allah SWT.
Ada tiga keistimewaan yang dimiliki Nabi Ibrahim AS. Pertama, nabi yang disayang Allah, khalullah (QS. An-Nisa: 125). Kedua, Nabi Ibrahim merupakan manusia pilihan terbaik, al-mustaga (QS. Shaad: 47), dan Ketiga, Nabi Ibrahim termasuk salah satu nabi yang dijuluki Ulul Azmi, karena keteguhan hati yang dimilikinya.
Namun pada saat ini, kita sebagai bangsa Indonesia berada pada zaman di mana tidak banyak figur yang bisa kita ikuti, kita panuti dan teladani. Bagaimana tidak, sekarang ini banyak orang cerdas, banyak orang pintar, namun etikanya bobrok dan akhlaknya buruk (korupsi, manipulasi, kolusi, dsb), sehingga menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat terhadap para tokoh/pemimpin.
Oleh karena itu, momen Idul Adha ini, kita membutuhkan keteladanan yang baik dan berbudi luhur tokoh atau pemimpin kita, seperti yang telah nyata terjadi di masa lalu, yaitu sosok seperti Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, serta tentunya Nabi Muhammad SAW. Keteladanan akhlak pribadi mereka sangat sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, serta ketaatan yang dimilikinya.
Peringatan Hari Raya Idul Adha mejadi sangat penting di tengah bangsa kita yang sedang menghadapi berbagai tantangan. Banyak pelajaran penting juga dari peristiwa sejarah itu yang bisa kita ambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari. Bencana demi bencana, kerusuhan demi kerusuhan, dan berbagai konflik yang terjadi salang silih berganti menimbulkan kerusakan, bahkan sampai dengan merenggut korban jiwa. Kondisi ini harus kita cegah dan harus bisa kita carikan solusi yang tepat.
Sebagai anak bangsa, kita sangat menyayangkan kalau berbagai kerusuhan di tanah air justru diciptakan oleh orang-orang yang mengatasnamakan agama, mengatasnamakan demokrasi, kebenaran dan supremasi hukum. Usaha-usaha provokasi untuk mengadu domba sesama warga bangsa, dan sesama umat Islam, bahkan untuk menjauhkan umat Islam sendiri melaksanakan perintah Allah SWT.
Perlu kita sadari, keberagaman dan perbedaan sosial bangsa Indonesia memiliki potensi konflik, termasuk potensi perpecahan di antara umat Islam sendiri. Sebagai umat dan bangsa Indonesia yang baik, sudah semestinya kita membangun solidaritas, kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Tidak mengedepankan ego serta emosi dalam menyelesaikan setiap perbedaan dan permasalahan, karena akan menjadi lahan empuk bagi provokator untuk memecah belah umat Islam.
Semoga peringatan Idul Adha kali ini bisa dimaknai sebagai titik pijakan dan refleksi untuk terus berbenah diri dalam menanamkan nilai-nilai ajaran agama. Tanpa perenungan dan penghayatan ajaran agama, maka ibadah serta ritual yang kita laksanakan akan berhenti hanya sebatas simbol belaka.
Jika kita nanti menjadi seorang pemimpin atau figur bagi keluarga dan masyarakat, agar senantiasa kita bisa meneladani akhlak-akhlak para nabi dan kian meningkatkan kesalehan sosial. _Wallahu a’lam Bissawab_
Disarikan dari Khotbah Irjen. Pol. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.SI (KAPOLDA Jawa Tengah) di MAJT
Oleh: Thiyas T. Taufiq, M.Ag (Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang)