Fatwa
Bertawashul Pada Orang-Orang Sholeh
Bertawassul dengan Orang-Orang Shalih
Yang dimaksud dengan bertawassul dengan para nabi dan wali adalah memohon kepada Allah SWT dengan menempatkan mereka sebagai sebab dan sarana mencapai tujuan dan Allahlah yang mewujudkannya. Demikian itu karena Allah memberi kemulyaan pada mereka, bukan karena mereka yang melakukan. Keyakinan yang benar seperti inilah yang berlaku pada semua perbuatan dan kejadian. Pisau āmisalnya- tidak dapat memotong dengan sendirinya. Yang memotong adalah Allah SWT. Pisau hanyaah Sabab āAdiy (sebab kebiasaan) dimana Allah biasa menciptakan pemotongan saat disertainya.[1]
Terdapat beberapa dalil yang menyebutkan keutamaan bertawassul. Allah SWT berfirman:
ŁŁŲ§ Ų£ŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁŁ Ų¢Ł
ŁŁŁŁŲ§ Ų§ŲŖŁŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŲØŁŲŖŁŲŗŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ¬ŁŲ§ŁŁŲÆŁŁŲ§ ŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁ
Ł ŲŖŁŁŁŁŁŲŁŁŁŁ [2]
āHai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntunganā
Dan dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
ŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁŁŁ
Ł Ų„ŁŲ°Ł ŲøŁŁŁŁ
ŁŁŲ§ Ų£ŁŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŁ
Ł Ų¬ŁŲ§Ų”ŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų³ŁŲŖŁŲŗŁŁŁŲ±ŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų³ŁŲŖŁŲŗŁŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁŁ
Ł Ų§ŁŲ±ŁŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲ¬ŁŲÆŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲŖŁŁŁŁŲ§ŲØŁŲ§ Ų±ŁŲŁŁŁ
ŁŲ§ [3]
āSesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.ā
Dalam riwayat Anas bin Malik disebutkan:
Ų£ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁ
ŁŲ±Ł ŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲ·ŁŁŲ§ŲØŁ Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ Ų„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲŁŲ·ŁŁŲ§ Ų§Ų³ŁŲŖŁŲ³ŁŁŁŁ ŲØŁŲ§ŁŁŲ¹ŁŲØŁŁŲ§Ų³Ł ŲØŁŁŁ Ų¹ŁŲØŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŲ·ŁŁŁŁŲØŁ ŁŁŁŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ
ŁŁ Ų„ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲŖŁŁŁŲ³ŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁŲØŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲŖŁŲ³ŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ„ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲŖŁŁŁŲ³ŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ¹ŁŁ
ŁŁ ŁŁŲØŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ§Ų³ŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŁŁŁŁ[4]
Bahwa ketika umat Islam mengalami kekeringan Umar bin Al Khatthab memohon hujan bertawassul dengan Abbas bin Abdul Mutthalib. Umar berdoa, āYa Allah, dulu kami bertawassul kepadamu dengan Nabi kami lalu Engkau turunkan hujan pada kami. Kini kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami. Maka turunkanlah hujan pada kami.ā Lalu hujanpun turun pada mereka.ā
Kemudian Abbas memanjatkan doāa:
Ų§ŁŁŁŁ
Ų„ŁŁ ŁŁ
ŁŁŲ²Ł ŲØŁŲ§Ų” Ų„ŁŲ§ ŲØŲ°ŁŲØŲ ŁŁŁ
ŁŁŲ“Ł Ų„ŁŲ§ ŲØŲŖŁŲØŲ©Ų ŁŁŲÆ ŲŖŁŲ¬ŁŁ Ų§ŁŁŁŁ
ŲØŁ Ų„ŁŁŁ ŁŁ
ŁŲ§ŁŁ Ł
Ł ŁŲØŁŁŲ ŁŁŲ°Ų§ Ų£ŁŲÆŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁ ŲØŲ§ŁŲ°ŁŁŲØŲ ŁŁŁŲ§ŲµŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁ ŲØŲ§ŁŲŖŁŲØŲ©Ų ŁŲ§Ų³ŁŁŲ§ Ų§ŁŲŗŁŲ«[5]
Ya Allah, sesungguhnya musibah tidak turun kecuali karena dosa. Dan musibah tidak hilang kecuali dengan bertaubat. Orang-orang telah menemuiku untuk bermohon pada-Mu, karena kedudukanku di sisi Nabi-Mu. Inilah tangan kami, menengadah kepadamu dengan dosa-dosa. Dan kami kembali kepada-Mu untuk bertaubat. Maka turunkanlah hujan pada kami.ā
Di hadapan Allah SWT manusia adalah sama, baik saat mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Al Qurāan menegaskan bahwa orang-orang yang meninggal sebagai syahid dan orang-orang shalih itu tetap hidup dan tidak mati. Bukankah baik yang mati maupun yang hidup adalah sama-sama ciptaan Alah SWT yang tidak memiliki peran apa-apa sama sekali, karena yang berperan satu-satunya hanyalah Allah SWT.[6]
Allah SWT berfirman:
ŁŁŁŁŲ§ ŲŖŁŲŁŲ³ŁŲØŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁŁ ŁŁŲŖŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁ
ŁŁŁŲ§ŲŖŁŲ§ ŲØŁŁŁ Ų£ŁŲŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŁŁŲÆŁ Ų±ŁŲØŁŁŁŁŁ
Ł ŁŁŲ±ŁŲ²ŁŁŁŁŁŁ[7]
āJanganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.ā
Dalam ayat lain disebutkan :
ŁŁŁŁŲ§ ŲŖŁŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁ
ŁŁŁ ŁŁŁŁŲŖŁŁŁ ŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁ
ŁŁŁŲ§ŲŖŁ ŲØŁŁŁ Ų£ŁŲŁŁŁŲ§Ų”Ł ŁŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ ŲŖŁŲ“ŁŲ¹ŁŲ±ŁŁŁŁ[8]
āDan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.ā
Tidak ada perbedaan antara bertawassul dengan Rasulullah SAW dengan rasul lainnya, demikian juga antara para nabi dan orang-orang shalih, baik saat mereka hidup maupun setelah meninggal, karena mereka memang tidak dapat menciptakan maupun memiliki peranan sama sekali. Keberkahan diharapkan dari mereka karena mereka adalah para kekasih Allah SWT. Jika ada yang meyakini bahwa mereka dapat berperan saat masih hidup dan tidak ketika telah meninggal, maka sama dengan meyakini orang hidup dapat berperan. Dan keyakinan yang demikian berarti telah tercemari unsur kemusyrikan.[9]
Orang yang bertawassul tidak dapat dimasukkan dalam firman Allah SWT:
Ų£ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲÆŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲ§ŁŁŲµŁ ŁŁŲ§ŁŁŁŲ°ŁŁŁŁ Ų§ŲŖŁŁŲ®ŁŲ°ŁŁŲ§ Ł
ŁŁŁ ŲÆŁŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁŁŁŲ§Ų”Ł Ł
ŁŲ§ ŁŁŲ¹ŁŲØŁŲÆŁŁŁŁ
Ł Ų„ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŲ±ŁŁŲØŁŁŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų²ŁŁŁŁŁŁ[10]
āIngatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): āKami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.ā
Pengakuan mereka bahwa mereka ātidak menyembah berhala-berhala itu melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allahā jelas-jelas berupa penyembahan. Sedangkan orang yang berwasilah kepada dengan nabi atau orang shalih sama sekali tidak menyembah mereka.[11]
Berdasarakan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan dalil dari Al Qurāan dan hadits bertawassul hukumnya boleh, bahkan dianjurkan sebagai salah satu cara berdoāa kepada Allah SWT.
[1] Al Fajru As Shadiq, hal. 53-54
[2] QS Al Maāidah; 35
[3] QS An Nisaā; 64
[4] Shahih Al Bukhari, nomor 954
[5] At Tahdzir min Al Ightirar, hal 125
[6] Kasyf an Nur āan Ashab al Qubur, hal 13
[7] Qs Ali Imran; 169
[8] QS Al Baqarah; 154
[9] Syawahid al Haq, hal. 158-159
[10] QS Az Zumar; 3
[11] At Tahdzir min Al Ightirar, hal. 113
Gambar maserbabakti.wordpress.com