Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Tokoh » Santri Kelana Pendiri API Tegalrejo

Santri Kelana Pendiri API Tegalrejo

  • account_circle admin
  • calendar_month Kam, 2 Mar 2017
  • visibility 58
  • comment 0 komentar

KH Chudlori lahir di Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah dari pasangan Muhammad Ikhsan dan Mujirah. Ia anak kedua dari sepuluh bersaudara. Muhammad Ikhsan adalah penghulu Tegalrejo pada masa penjajahan Belanda. Ayah Muhammad Ikhsan bernama Abdul Halim, juga penghulu zaman Belandayang sangat dihormati. Abdul Halim menangani urusan agama di Magelang meliputi kecamatan Candimulyo, Martoyudan, Mungkid, dan Tegalrejo.
Pada tahun 1923, seteleh menyelesaikan Hollandsch-Inlandsche School (HIS), lembaga pendidikan setingkat Sekolah Dasar zaman Belanda, Chudlori kecil dikirim ayahnya ke pesantren Payaman yang diasuh KH Siroj. Ia menghabiskan 2 tahun di pesantren tersebut. Kemudian pindah ke pesantren Koripan di bawah asuhan Kiai Abdan. Tapi kemudian pindah lagi ke pesantren Kiai Rahmat di daerah Gragab hingga tahun 1928.
Kehausan akan ilmu agama, ia kemudian nyantri ke Tebuireng yang waktu itu diasuh Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari. Di pesantren pendiri NU tersebut, ia mempelajari beragam kitab.
Saat di Tebuireng, ayah Chudlori mengirim uang sebanyak Rp. 750,- per bulan, tetapi ia hanya menghabiskan Rp.150,- dan mengembalikan sisanya. Chudlori hanya makan singkong dan minum air yang digunakan untuk merebus singkong tersebut. Dia melakukan ini dalam rangka riyadlah, amalan yang biasa dilakukan para santri.
Cerita lainnya tentang Chudlori, di kamarnya di Tebuireng, ia membuat kotak belajar khusus dari papan tipis dan menempatkan kotak tersebut diantara loteng dan atap. Kapan saja bila ingin menghafal atau memahami pelajarannya, Chudlori naik dan duduk di atas kotak sehingga bisa berkonsentrasi dengan baik. Kotak ini sempit, tidak nyaman dan berbahaya untuk duduk. Jadi dengan kedisiplinan dia dapat belajar setiap hari hingga tengah malam. Kapan saja tertidur sebelum tengah malam, dia menghukum dirinya sendiri dengan berpuasa pada hari berikutnya tanpa makan sahur
Kemudian pada tahun 1933, ia pindah lagi Bendo, Pare, Kediri, menjadi santri Kiai Chozin Muhajir. Di situ ia belajar fiqih dan tasawuf seperti kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali. Empat tahun berikutnya, ia mengaji di pesantren Sedayu, belajar ilmu membaca Al-Qur’an selama 7 bulan. Pada tahun 1937, ia nyantri lagi ke Lasem, Jawa Tengah, yang diasuh KH Ma’shum dan KH Baidlowi.
Setelah menikahi putri KH Dalhar Watucongol, ia sempat mengajar di pesantren mertuanya tersebut. Namun mengajarkan ilmu agama di kampung halamannya adalah cita-citanya yang menggebu-gebu sehingga ia selalu melakukan mujahadah dan meminta petunjuk Allah Swt untuk niatnya itu.
Setelah mendapat petunjuk dan membicarakan kepada mertuanya, kemudian pada 15 September 1944 KH Chudlori pulang kampung dan mendirikan pesantren di Tegalrejo. Masyarakat desa itu, ketika ia mendirikan pesantren, terbelah menjadi yang pro dan kontra. Kalangan yang pro gembira karena ada anak kampungnya yang menyebarkan ajaran agama. Sebaliknya yang kontra, lebih karena antipati terhadap penyebaran Islam.
Sebagai kiai yang digembleng bertahun-tahun, Chudlori tetap tegar menghadapi kalangan yang kontra. Ia tetap menjalankan misinya mengembangkan syariat Islam.
Awalnya, Chudlori tak memberikan nama khusus pada pesantrennya, namun pada tahun 1947, atas saran teman-teman seperjuangannya, ia menamainya dengan Asrama Perguruan Islam (API). Nama itu merupakan hasil istikharahnya. Dengan nama itu, ia berharap santri-santrinya kelak akan jadi api penerang umat dalam kegelapan.
P

ada tahun 1947, ketika Belanda melakukan Agresi Militer, Pesantren API menjadi benteng perjuangan mempertahankan kemerdekaan oleh para gerilyawan. Bahkan Chodlori yang kini sudah bergelar kiai, mengizinkan santrinya untuk turut berjuang. Aktivitas belajar-mengajar dihentikan untuk sementara waktu.
Karena perjuangan itu diketahui Belanda, pesantrennya kemudian dibakar habis. Santri, keluarga, dan Kiai Chudlori sendiri mengungsi dari satu desa ke desa lain. Kemudian di tahun 1949, ia kembali ke desanya dan mebangun kembali pesantren. Prmbangunan kali ini, dibantu warga masyarakat yang telah bersimpati pada perjuangannya. Santri pun bertambah banyak. Pada tahun 1977, ia memiliki sekitar 1500 santri. Di tahun tersebut, pesantren API sedang berkembang pesat, tapi di tahun itu pula Kiai Chudlori dipanggil yang Kuasa. (repro, nu online)
  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI

    PAC IPNU IPPNU se-Kawedanan Juwana Kompak Rayakan Harlah Bersama

    • calendar_month Sen, 6 Mar 2023
    • account_circle admin
    • visibility 84
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id- TRANGKIL – PAC IPNU IPPNU se-Kawedanan Juwana, meliputi Trangkil, Wedarijaksa, Juwana, dan Batangan kompak mengadakan peringatan Harlah IPNU ke-69 dan Harlah IPPNU ke-68 bersama. Kegiatan dipusatkan di Pondok Tahfidz Darul Hikmah Usmaniyyah Kertomulyo, Trangkil, Pati, pada Minggu (5/3/2023). Acara dimulai dengan pemotongan tumpeng dan sarasehan bersama alumni pada siang hingga sore hari. Kemudian dilanjut […]

  • PCNU PATI - Iluistrasi NU dan Wirausaha Masyarakat. Photo by Álvaro Serrano on Unsplash.

    Wirausaha di Masyarakat NU

    • calendar_month Sel, 19 Apr 2022
    • account_circle admin
    • visibility 62
    • 0Komentar

    Sejak didirikan oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan beberapa Kiai karismatis di Surabaya pada tahun 1926, Nahdlatul Ulama telah menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia. NU mempunyai keunikan tersendiri karena berbasis di pedesaan (urban-based organization), unggul dalam mengembangkan pendidikan Islam tradisional, yaitu pesantren yang tersebar terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimatan Selatan, […]

  • PCNU-PATI Photo by Kevin Yudhistira Alloni

    Ziarah Ke Yerusalem

    • calendar_month Sen, 2 Jan 2023
    • account_circle admin
    • visibility 62
    • 0Komentar

    Oleh : M. Iqbal Dawami Muslim yang mampu di setiap negara berbondong-bondong pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji, sebagai pelaksanaan rukun Islam yang kelima. Tentu, banyak kalangan muslim bercita-cita bisa berhaji ke tanah suci itu. Tak terkecuali kedua orangtua saya. Pada suatu ketika saat pulang kampung, saya bincang-bincang dengan mereka. Dari pembicaraannya, saya tahu […]

  • NU dan Bupati Bicarakan Kesiapan Pesantren Sambut New Normal

    NU dan Bupati Bicarakan Kesiapan Pesantren Sambut New Normal

    • calendar_month Sab, 6 Jun 2020
    • account_circle admin
    • visibility 38
    • 0Komentar

    Rapat terbatas PCNU, RMI-NU, Bupati Pati dan gugus tugas covid-19 di rumah dinas Bupati Pati.  PATI-PCNU bersama PC RMI-NU (Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama’) Kabupaten Pati dan perwakilan pengelola pesantren berkoordinasi dengan Bupati Pati dan gugus tugas covid-19 terkait kesiapan new normal. Pertemuan terbatas ini dilakukan Jumat (5/6) pagi di rumah dinas Bupati Pati. Koordinasi […]

  • Memandikan Jenazah sambil Membaca Dzikir

    Memandikan Jenazah sambil Membaca Dzikir

    • calendar_month Ming, 14 Nov 2021
    • account_circle admin
    • visibility 92
    • 0Komentar

      Pertanyaan : Disuatu daerah ada orang yang saat memandikan jenazah sambil membaca asma’ul husna, tasbih dan dzikir-dzikir yang lain.Apakah hal itu diperbolehkan syara`? Jawaban :Syeikh isma’il zain al-yamaniy al-makkiymenyebutkan dalam kitab kumpulan fatwanya ;Qurrotul ‘Ain : Bahwa membaca tahlil, tasbih dan dzikir-dzikir yang lain saat memandikan jenazah dan prosesi tajhiz yang lain ( seperti […]

  • PCNU-PATI Photo by Malik Skydsgaard

    Fenomena Prostitusi dalam Perspektif Fiqih Sosial Kiai Sahal Mahfudh

    • calendar_month Sab, 26 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 55
    • 0Komentar

    Oleh : Siswanto Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prostitusi didefinisikan sebagai pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan atau pelacuran. Aktifitas seksual yang terjadi dalam prostitusi bukan lahir karena hubungan sah suami-istri, melainkan karena adanya transaksi “penjual” dan “pembeli”. Dari sini sudah jelas sekali, bahwa prostitusi merupakan praktik bisnis perzinaan berbayar […]

expand_less