Puasa dan Keseimbangan Mental
Oleh Hamidulloh Ibda*
Puasa sebagai praktik yang telah lama dianut oleh berbagai agama dan budaya di seluruh dunia, tidak hanya memiliki nilai keagamaan tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental seseorang. Di tengah-tengah pandemi global dan kehidupan modern yang serba cepat, penting bagi kita untuk mengeksplorasi hubungan antara puasa dan keseimbangan mental. “Ya intine nek poso ojo sampai stres lah”.
Sebenarnya puasa justru menjadi obat, katarsis, atau setidaknya menjadi wasilah agar orang-orang tidak stres, bukan sebaliknya. Sudah banyak riset menyebut bahwa puasa menyehatkan, bisa menjadi terapi untuk kesembuhan penyakit tertentu. Nah, dalam konteks saat ini yang dibutuhkan adalah sebuah gagasan yang menyejukkan dan menegaskan bahwa puasa bisa menjadi wahana menjaga keseimbangan mental umat Islam yang sedang menjalankan puasa.
Keseimbangan Mental
Di dunia yang terus berubah dan sering kali menuntut, masalah kesehatan mental semakin menjadi sorotan. Stres, kecemasan, dan depresi menjadi masalah umum yang dihadapi banyak orang. Dalam upaya untuk menjaga kesehatan mental, kita mencari berbagai metode dan praktik yang dapat membantu kita mencapai keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Puasa, selain memiliki makna spiritual yang mendalam dalam berbagai tradisi keagamaan, juga memiliki dampak positif pada kesehatan mental seseorang. Terdapat beberapa aspek puasa yang berkontribusi pada keseimbangan mental. Pertama, solidaritas dan koneksi sosial. Puasa sering kali dipraktikkan secara bersama-sama oleh sejumlah besar orang dalam komunitas agama tertentu. Ini menciptakan rasa solidaritas dan koneksi sosial yang kuat di antara para praktisi puasa. Dukungan sosial yang diperoleh dari partisipasi dalam praktik keagamaan dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan isolasi, yang sering kali menjadi faktor risiko untuk masalah kesehatan mental.
Kedua, membangun disiplin dan kendali diri. Puasa melibatkan pengendalian diri terhadap keinginan dan dorongan untuk makan dan minum selama periode tertentu. Ini membutuhkan tingkat disiplin yang tinggi dan membantu mengembangkan kendali diri yang kuat. Ketika seseorang mampu mengendalikan kebutuhan fisiknya, hal ini juga membawa manfaat pada kontrol emosional dan mental.
Ketiga, refleksi dan introspeksi. Puasa sering kali dianggap sebagai waktu yang cocok untuk refleksi dan introspeksi. Dengan mengurangi gangguan dari makanan dan minuman, seseorang memiliki kesempatan untuk memperdalam pemahaman diri mereka, mengevaluasi nilai-nilai, dan menetapkan tujuan hidup yang lebih jelas. Hal ini membantu dalam mengatasi stres dan kecemasan dengan cara menyediakan ruang untuk memahami akar penyebabnya.
Keempat, meningkatkan kualitas istirahat. Puasa juga dapat memiliki dampak positif pada kualitas istirahat atau setidaknya tidur seseorang. Dengan mengatur pola makan dan minum, tubuh memiliki waktu untuk mencerna makanan dengan lebih efisien, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk kesehatan mental yang baik.
Kelima, gratifikasi tertunda dan penghargaan yang lebih besar. Puasa mengajarkan kita konsep gratifikasi tertunda, di mana kita menahan diri untuk memenuhi kebutuhan segera demi keuntungan jangka panjang yang lebih besar. Ini membantu mengembangkan kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur yang dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Dalam dunia yang terus bergerak cepat, menjaga keseimbangan mental menjadi semakin penting. Puasa, dengan nilai-nilai spiritualnya dan dampaknya yang positif pada kesehatan mental, dapat menjadi alat yang kuat untuk mencapai keseimbangan ini. Dengan menggabungkan praktik puasa dengan dukungan sosial, refleksi pribadi, dan kontrol diri, kita dapat memperkuat kesehatan mental kita dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan produktif.
Manajemen Stres
Puasa merupakan praktik keagamaan yang penuh makna, juga dapat menjadi tantangan bagi keseimbangan mental seseorang. Saat menjalani puasa, terutama di bulan Ramadan, seseorang dapat mengalami tingkat stres yang lebih tinggi karena perubahan pola makan, kebiasaan tidur, dan rutinitas harian. Untuk membantu mengelola stres selama puasa, ada beberapa tips praktis yang dapat diikuti. Pertama, jaga tubuh tetap terhidrasi. Intinya jangan sampai ngelak banget. Pastikan untuk minum cukup air saat berbuka dan saat sahur untuk menghindari dehidrasi. Dehidrasi dapat meningkatkan tingkat kelelahan dan stres.
Kedua, atur waktu tidur dengan baik. Jangan sampai nguantuk banget. Usahakan untuk tidur yang cukup setiap malam. Penurunan jumlah tidur dapat meningkatkan tingkat stres dan membuat Anda lebih mudah tersinggung. Ketiga, kelola waktu dengan efisien. Buat jadwal harian yang realistis dan efisien. Prioritaskan tugas-tugas yang penting dan hindari menumpuk terlalu banyak pekerjaan pada satu waktu.
Keempat, temukan waktu untuk beristirahat dan berdoa. Manfaatkan waktu di tengah hari untuk beristirahat sejenak dan melakukan meditasi atau doa. Ini dapat membantu menenangkan pikiran dan meredakan stres. Kelima, hindari konflik dan perselisihan. Selama puasa, hindari konflik dan perselisihan yang tidak perlu. Jaga suasana hati yang positif dan hindari berdebat tentang hal-hal yang sensitif. Keenam, berbagi dengan orang lain. Jangan ragu untuk berbagi perasaan dan pengalaman Anda dengan orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman. Terkadang hanya dengan berbicara tentang perasaan Anda dapat membantu mengurangi tingkat stres.
Ketujuh, menjaga keseimbangan aktivitas fisik. Tetap aktif selama bulan puasa dengan melakukan latihan ringan seperti berjalan atau yoga. Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Kedelapan, atur pola makan dengan bijak dan cerdas. Kita harus sahur yang seimbang. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, protein, dan karbohidrat kompleks saat sahur. Ini akan membantu menjaga energi dan memperlambat penyerapan nutrisi di tubuh, sehingga membuat perasaan kenyang lebih lama. Selain itu juga berhenti dari makanan dan minuman yang merangsang. Hindari makanan dan minuman yang tinggi kafein dan gula yang dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan.
Puasa merupakan momen spiritual yang penting dalam agama Islam, tetapi juga dapat menjadi waktu yang menantang bagi keseimbangan mental seseorang. Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan Anda dapat mengelola stres dengan lebih baik selama puasa dan menjalani bulan Ramadan dengan ketenangan dan kedamaian hati. Ingatlah bahwa penting untuk menjaga keseimbangan antara ibadah, kesehatan fisik, dan kesehatan mental Anda selama bulan puasa. Jo sampek stree, Bro!
*Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., penulis lahir di Pati, 17 Juni. Saat ini menjadi dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah 2018-2023, Kabid Media, Hukum, dan Humas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah 2020-sekarang, aktif menjadi reviewer 18 jurnal internasional terindeks Scopus, reviewer 9 jurnal internasional, editor dan reviewer 25 jurnal nasional.