Haji
Oleh: Niam At Majha
Seorang teman yang pada tahun ini menyempurnakan rukun Islam ke lima yaitu ibadah haji. Sebelum berangkat tasyakuran telah dilaksanakan, menerima sumbangan baik gula atau jajanan dari tetangga, saudara, kolega kerja teman sebaya sudah diterimanya. Efuria tentang musim haji telah menghiasi berbagai lini. Karena menurut sebagian teman saya berhaji bukan lagi menjadi ibadah yang amat suci, melainkan ibadah untuk di publikasi, ibadah untuk di ketahui. Ibadah telah berkembang dari privasi berkembang menjadi harus di ketahui, sana sani, dengan satu niatan atau pun sebuah alasan ibadah baik harus di publikasikan. Tak boleh dirahasiakan.
Inilah sebagian besar yang terjadi pada musim haji tahun ini. Ada yang berangkat dengan berbagai cara, baik menggunakan data talangan dari perbankan, ada yang berburu, mengusahakan lewat jalur pemerintahan menjadi petugas atau sebangsanya, terpenting bisa berangkat ke tanah suci. Siapa saja yang berangkat kesana seharusnya sebagai bentuk mengevaluasi diri, mengevaluasi tentang bagaimana ibadah kepada Tuhan semesta alam; apakah selama ini dengan bertambahnya hari makin bersujud atau malah sebaliknya. Selain itu, berusaha menghidari apa apa saja yang dilarang orang Tuhan, dan berusaha bertunduk pasrah atas apa yang menjadi anjuran-Nya.
Dan ada lagi sebagian kecil yang pada musim ibadah haji ini hanya berkonsentrasi pada ibadah, tak memperdulikan perihal update status baik whatsapp, Instagram, Facebook atau sebangsanya. Bahkan menulis dalam kertas yang di foto di depan Ka’bah tak dilakukan. Sebab baginya ibadah ini adalah privasi dengan Tuhan. Perihal apa saja biarlah Tuhan yang menentukan ibadah tahun ini mabur atau mabrur. Katanya alasannya sederhana sekali, kekhusukan, kesakralan dalam menjalankan rukun Islam yang kelima akan hilang dengan adanya keinginan-keinginan yang diselipi dengan publikasi dengan maksud dan tujuan untuk mengabadikan momen yang sudah terjalankan.
“Mas…mas biaya haji itu mahal, dan antrinya juga panjang banget melebihi jalan tol panjangnnya jadi rugi kalau tak di abadikan atau di publikasikan, siapa tahu dari publikasi-publikasi tersebut banyak yang tergugah hatinya untuk berangkat ibadah termahal tersebut,”
Saya terdiam dengan apa yang telah diujarkan teman saya tersebut. Dan satu lagi apakah nanti saya akan mampu menahan tentang seperti apa yang saya tuliskan barusan ketika menjalani ibadah termahal tersebut?