Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Ngaji NgAllah Suluk Maleman Menyoal Merayakan Kemiskinan dengan Bahagia

Ngaji NgAllah Suluk Maleman Menyoal Merayakan Kemiskinan dengan Bahagia

  • account_circle admin
  • calendar_month Sen, 23 Jun 2025
  • visibility 58
  • comment 0 komentar

 

Pcnupati.or.id-Universitas Harvard pada Mei lalu, berdasar penelitiannya, menyebut Indonesia sebagai negara paling bahagia di dunia. Anugerah itu memiliki keterkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Kajian inilah yang kemudian dijadikan salah satu topik pembahasan dalam Suluk Maleman edisi ke 162 pada Sabtu (21/6) malam.
Budayawan yang juga penggagas Suluk Maleman Anis Sholeh Ba’asyin menyebut hal itu menjadi sesuatu yang menarik; karena kecuali data dari Harvard tentang ranking masyarakat Indonesia dalam hal kebahagiaan, secara hampir bersamaan muncul data tentang kemiskinan Indonesia dari Bank Dunia.
“Data Bank Dunia menyebut ada 194,4 juta, atau 68,2%, warga Indonesia masuk dalam kategori miskin, meski standar penghitungannya berbeda dengan Badan Pusat Statistik,” terangnya.
Anis lantas menyebut ada dua hal yang sebenarnya menjadi berkah bagi bangsa Indonesia. Selain sumber daya alam yang melimpah, rakyat Indonesia secara alamiah juga memiliki jaring sosial dan ikatan keagamaan yang kuat.
“Hal itu yang menyebabkan, meski berpenghasilan rendah namun masih banyak yang bisa tertawa lepas dan berbahagia. Padahal secara faktual upah minimum regional tak bisa mencukupi kebutuhan 1 keluarga kecil, suami-isteri dengan 2 anak, selama 1 bulan; meski suami-isteri tersebut sama-sama bekerja. Tapi masih mereka masih bisa ngopi dan ketawa-ketawa,” terangnya.
Lebih dari itu, Anis mengatakan, jaring sosial itu diperkuat dengan budaya guyub rukun antar masyarakat. Hal itu sebenarnya tak didapatkan dari bangsa atau negara lainnya.
“Ada banyak contohnya. Sederhananya, misalkan hidup di desa, kita bisa dengan mudah meminta bumbu ke tetangga. Dan saling berbagi tanpa pernah ada yang merasa diberatkan,” terangnya.
Berbeda dengan Indonesia, di negara Jepang, sekalipun pendapatannya jauh lebih tinggi, namun tingkat stres juga tinggi.
“Orang Jepang berangkat pagi pulang malam hari. Akhirnya mereka meluapkan kegelisahannya di jalan-jalan atau di tempat karaoke. Itu terjadi karena mereka sulit merealisasikan kemanusiaan secara utuh,” ujarnya.
Konsep kebahagiaan di Indonesia cukup berbeda dengan di berbagai negara maju. Dalam kapitalisme, bahagia nyaris diidentikkan dengan pemenuhan kepentingan duniawi, yang bersifat kuantitatif. Ini meninggalkan rongga kekosongan dalam ruhani manusia.
Paradox pertumbuhan adalah bahwa semakin kaya seseorang atau sebuah bangsa, tidak otomatis membuat orang atau bangsa tersebut lebih bahagia. Ketika punya motor pertama kali, orang akan merasa bahagia, atau lebih tepat lagi senang. Tapi ketika dia memiliki motor ke 2, ke 3 dan seterusnya; kebahagian atau kesenangannya tak akan bertambah, alias stagnan.
“Tentu kita harus bersyukur karena masyarakat kita meletakkan kebahagian lebih sebagai sesuatu yang bersifat kualitatif, sehingga orang bisa menemukan kebahagian tanpa harus lebih dahulu menjadi kaya; kebahagian bahkan bisa diraih ketika masih mereka dalam kategori miskin.”
Oleh karena itu, Anis menilai bahwa semangat guyub rukun antar warga di Indonesia merupakan harta kekayaan yang tak ternilai. Dia menyebut guyub sebagai rahmat yang semestinya direalisasikan lebih utuh.
“Rahmat ini semestinya harus dijaga bukan justru dipecah belah,” ujarnya.
Dengan dua berkah tersebut, keguyuban dan alam yang kaya, maka seharusnya menjadikan kerja seorang pemimpin di Indonesia sangatlah mudah.
“Tanpa pemimpin berbuat banyak, secara kualitatif masyarakatnya sudah bahagia. Tinggal mengelola alam untuk lebih meningkatkan kuantitas kesejahteraan rakyatnya saja,” imbuhnya.
Atas dasar alasan tersebut, Anis menyesalkan adanya gerakan memecah belah bangsa. Siasat peninggalan penjajah yang rupanya masih dilestarikan hingga saat ini.
“Saat itu Belanda tahu jika masyarakat Indonesia begitu rekat sehingga perlu dipecah belah. Banyak narasi yang dibangun untuk mengadu domba. Seperti narasi membenturkan orang Jawa dan Sunda, antara umat Islam dengan Jawa dan lain sebagainya,” tambahnya.
Anis menyebut, Babad Kediri yang seolah menarasikan pertentangan antara Islam dan Jawa justru baru muncul setelah perang Diponegoro. Yakni di tahun di pertengahan tahu8n 1800an.
Padahal jika ditelaah ada banyak bukti yang menunjukkan kohesifitas bangsa Indonesia sudah terangkai dengan kuat jauh sebelum kolonialisme masuk. Seperti saat Kalinyamat mengirimkan pasukan besar ke Malaka untuk membantu Kesultanan Johor dan Aceh dalam mengusir Portugis. Sebelumnya kesultanan Demak di bawah Pati Unus juga melakukan hal serupa.
“Sebelum adanya istilah nasionalisme modern, kita sudah punya ikatan berdasar kesamaan agama. Perang Diponegoro, meski dikenal sebagai perang Jawa tapi banyak daerah lain yang ikut terlibat. Keguyuban itu, diantaranya juga dilatari oleh kultur ajaran Islam,” imbuhnya.
Maka Anis mengingatkan agar masyarakat untuk tak mudah terjebak dalam narasi yang sengaja dibuat untuk mengadu domba. Dia selalu mengajak agar masyarakat menjaga kewaspadaan diri terhadap segala gejolak yang ada.
“Bangsa yang beragama dan paling berbahagia ini bisa carut marut kalau kita mudah diadu domba,” imbuhnya.
Budayawan asal Pati itu juga mengajak agar masyarakat tak selalu menjadikan ukuran bangsa barat untuk diterapkan di Indonesia. Anis justru menilai peradaban Indonesia dibangun dengan berbagai kekayaan yang tak akan pernah bisa didapatkan di peradaban Barat.
“Orang modern akan menganggap warga Papua dianggap tertinggal, tapi coba dibalik, apakah bisa orang Amerika hidup di Papua? Jadi jangan menyeret ikan untuk tinggal di udara atau burung tinggal di dalam air. Semua tidak bisa dipaksa karena memiliki kearifan dan kekayaannya masing-masing,” sentilnya.

 

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Hukum Mengubur Ari-ari

    Hukum Mengubur Ari-ari

    • calendar_month Jum, 13 Agu 2021
    • account_circle admin
    • visibility 60
    • 0Komentar

    Pertanyaan : Sudah menjadi tradisi di indonesia khususnya di pulau jawa, bahwa setiapada orang melahirkan, maka mereka (keluarganya) mengubur ari-ari si bayi, di samping atau didepan rumahnya, apa sebenarnya hukum mengubur ari-ari tersebut? Jawaban :Ari-ari yang dalam bahasa arab disebut al-masyimahterdapat dua macam, 1. Tali pusar yang dalam bahasa arab juga disebut al-kholash(bagian yang terhubung […]

  • Bumi Cinta

    Bumi Cinta

    • calendar_month Ming, 24 Jul 2022
    • account_circle admin
    • visibility 49
    • 0Komentar

    Bumi Cinta – Habiburahman El Shirazy atau biasa dipanggil dengan nama Kang Abik, merupakan salah satu penulis atau novelis asal Indonesia yang berhasil merilis buku-buku best seller, seperti novel berjudul Bumi Cinta. Beberapa karya lain milik Habiburahman El Shirazy bahkan tidak hanya dikenal di Indonesia, melainkan hingga Malaysia, Amerika Serikat, dan Australia. Salah satu karya best seller dari Kang […]

  • NU dan Bupati Bicarakan Kesiapan Pesantren Sambut New Normal

    NU dan Bupati Bicarakan Kesiapan Pesantren Sambut New Normal

    • calendar_month Sab, 6 Jun 2020
    • account_circle admin
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Rapat terbatas PCNU, RMI-NU, Bupati Pati dan gugus tugas covid-19 di rumah dinas Bupati Pati.  PATI-PCNU bersama PC RMI-NU (Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama’) Kabupaten Pati dan perwakilan pengelola pesantren berkoordinasi dengan Bupati Pati dan gugus tugas covid-19 terkait kesiapan new normal. Pertemuan terbatas ini dilakukan Jumat (5/6) pagi di rumah dinas Bupati Pati. Koordinasi […]

  • Kisah Arsya, Bocah 7 Tahun Pecahkan Celengan untuk Palestina

    Kisah Arsya, Bocah 7 Tahun Pecahkan Celengan untuk Palestina

    • calendar_month Sen, 6 Nov 2023
    • account_circle admin
    • visibility 51
    • 0Komentar

    pcnupati.or.id – Donasi untuk Palestina tak henti-hentinya bergulir. Hari ini, Senin (6/11) giliran peserta didik MI Hidayatul Islam (MHI) Gembong-Pati yang menggalang donasi. Satu di antara ratusan peserta didik tersebut, bahkan rela membongkar celengannya demi membantu korban genosida di Palestina. Peserta didik tersebut adalah Arsya Djamil, yang saat ini duduk di kelas 1B MHI. Putra […]

  • Harlah Fatayat NU Diwarnai Agenda Serba 70

    Harlah Fatayat NU Diwarnai Agenda Serba 70

    • calendar_month Sab, 25 Apr 2020
    • account_circle admin
    • visibility 81
    • 0Komentar

    Logo resmi HUT Fatayat NU ke-70 PATI-Perayaan Hari Lahir (Harlah) Fatayat NU ke 70 dirayakan dengam berbagai agenda. Masing-masing daerah memeiliki legiatan sendiri-sendiri untuk menyambutnya. Salah satunya adalah Pengurus Cabang Fatayat NU Pati. Dengan tajuk ‘Bhakti untuk Negeri Merawat Bumi, PC Fatayat NU Pati menggelar beberapa kegiatan. Agenda 70 Khataman, 70 selawat thibbul qulub, 70 […]

  • Sambutan Ketua PCNU: Dari Tali Tambang Sampai Klinik Pratama

    Sambutan Ketua PCNU: Dari Tali Tambang Sampai Klinik Pratama

    • calendar_month Sab, 19 Apr 2025
    • account_circle admin
    • visibility 58
    • 0Komentar

      pcnupati.or.id – KH. Yusuf Hasyim memberikan beberapa wejangan dalam acara Halal bi Halal MWCNU Gembong di Dukuh Mijen, Desa Wonosekar, Kecamatan Gembong. Acara ini berlangsung pada Sabtu (19/4) siang. Dalam sambutannya, Kiai Yusuf sempat menyinggung beberapa hal terkait ke-NU-an. Di antaranya, dirinya memaparkan makna tali tambang yang melingkari bumi. “Ini berarti warga NU harus […]

expand_less