Warung Kopi sebagai Sarana Bertukar Informasi

Di era saat ini, tempat paling tepat untuk melakukan diskusi dan kongkow adalah warung kopi. Kenapa harus warung kopi? Menurut hemat penulis, warung kopi sekarang ini sudah menjadi tempat terbaik bagi kalangan mahaiswa untuk tempat diskusi dan mengerjakan sebuah tugas.
Selain itu, banyak dari mahasiswa yang menghabiskan waktunya di warung kopi hanya sekedar untuk diskusi. Menurut pengamatan saya, warung kopi merupakan semacam sarana komunikasi sosial dan media interaksi sosial untuk berbagi dan bertukar informasi. Karena melalui warung kopi, banyak terbangun konektivitas antar komunitas untuk berkumpul, diskusi, menulis, membaca, dan dijadikan tempat untuk menghibur satu sama lain.
Sedangkan budaya dan komunikasi di warung kopi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena budaya mempengaruhi pola fikir, perilaku dan cara berkomunikasi individu. Begitu pula komunikasi menjadi alat untuk mengelola, mengembangkan, mensosialisasikan serta mewariskan budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya.
Dalam hal ini, kaitannya mengenai budaya dan komunikasi, dikenal sebuah teori yang kerangka kerjanya mengkonseptualisasi bentuk atau fungsi budaya sebagai sebuah sistem kode yang mengatur makna dan ideal yaitu teori kode berbicara. Pada dasarnya kegemaran berkumpul (nongkrong) di sebuah warung kopi tidak hanya terjadi di kalangan mahasiswa saja, namun di kalangan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak lepas karena di warung kopi menyediakan banyak minuman baik panas, dingin, serta berbagai snack atau makanan ringan sebagai teman menikmati kopi, dengan harga yang murah dan terjangkau. Sehingga membuat mahasiswa betah untuk berlama-lama di dalam warung kopi. Selain harganya terjangkau dengan uang saku mahasiwa, warung kopi menjadi tempat diskusi setiap harinya.
Tempat Kongkow
Masing-masing daerah tentunya terdapat banyak warung kopi yang menjadi tempat kongkow mahasiswa untuk berkumpul, bersantai, berdiskusi, atau sekedar mengobrol ringan mengenai topik-topik yang sedang hangat. Nilai santai, non-formal, serta kebebasan mengutarakan pendapat merupakan daya tarik utama yang membuat para mahasiswa tertarik untuk menghabiskan sebagian waktu kuliahnya di sebuah warung kopi. Di warung kopi ini pula sering menjadi salah satu sumber informasi terbaru dan juga menjadi tempat berkumpulnya berbagai unsur masyarakat.
Dunia perkuliahan itu sendiri diartikan sebagai tahapan di mana para mahasiswa berusaha untuk merajut masa depannya melalui ruang-ruang perkuliahan dengan lapangan-lapangan non- akademik lainnya seperti, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),organisasi organisasi ekstra,dan lain sebagainya.
Kampus merupakan kawah candra di muka tempat di mana para mahasiswa ditempatkan agar menjadi insan-insan yang berkulitas dan mampu mengemban tongkat estafet pembangunan negeri ini dari generasi sebelumnya. Dunia perkulihan tidak dapat dipandang sebagai area akademis semata. Di dalamnya terdapat panggung politik dan budaya yang bermacam-macam sesuai dengan latar belakang pelakunya. Tidaklah heran apabila kampus disebut sebagai tempat urban. Karena di kampuslah terdapat berbagai golongaan, agama, suku, ras, budaya, yang berbeda suatu dengan yang lainnya. Akan tetapi meskipun banyak sekali perbedaan yang terjadi,ada banyak pula kesamaan bentuk perilaku sosial. Selain itu, proses belajar yang menarik bagi penulis adalah banyaknya mahasiswa yg sering berada di warung kopi,terutama pada sore dan malam hari,yaitu di luar aktivitas perkuliahan.
Kehidupan mahasiswa pun tidak dapat dilepaskan dari dunia kampus dan sekitar kampusnya. Warung kopi merupakan tempat yang sering digunakan para mahasiswa nongkrong di luar aktifitasnya berkuliah. Di warung kopi inilah, meskipun hanya terlihat sekedar minum segelas atau secangkir kopi, sebenarnya ada yang menarik untuk dikaji. Komunikasi yang terjadi pada saat nongkrong menjadi kajian utama bagi penulis.
Pola komunikasi yang terjadi mengakibatkan adanya interaksi sosial dan tentunya akan memberikan hasil yaitu perilaku sosial. Setiap proses komunikasi akan memberikan stimulus yang dapat diproses menjadi persepsi. Dan ketika persepsi ini diterapkan akan menjadi perilaku dalam kehidupan sehari harinya.
Oleh karena itu, komunikasi dan interaksi sosial di warung kopi menjadi pilihan paling tepat untuk dijadikan sebagai tempat kedua mahasiswa untuk memecahkan sebuah tugas perkuliahan dan menjadi solusi yang paling tepas sebagai tempat untuk membangun keakraban sosial dengan mahasiswa lain maupun dengan masyarakat sekitar.
Dengan demikian, warung kopi tidak hanya sekedar sebagai tempat untuk melepas penat, tetapi juga sebagai tempat untuk memperbanyak pertemanan dengan melakukan solidaritas ngopi dan bertukar sapa satu dengan lainnya. (Siswanto)