Iklan
Berita

Pelajar Islam Berbudaya untuk Toleransi dan Persatuan Bangsa KONGRES XVII I IPPNU

Negara-negara berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya nilai-nilai negara maju yang dianggap nilai-nilai global ke wilayah negaranya. Bagi Indonesia, merasuknya nilai-nilai Barat yang menumpang arus globalisasi ke kalangan masyarakat Indonesia merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas Barat yang semakin diminati masyarakat karena dianggap lebih modern.
 Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro, toleransi, keramahtamahan, penghormatan pada yang lebih tua juga digempur oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik yang dibawa oleh arus globalisasi. Dalam situasi demikian, kesalahan dalam merespon globalisasi bisa mengakibatkan lenyapnya budaya lokal. Kesalahan dalam merumuskan strategi mempertahankan eksistensi budaya lokal juga bisa mengakibatkan budaya sebagai bentuk kearifan lokal semakin ditinggalkan masyarakat seiring kegandrungannya pada budaya yang dibawa arus globalisasi.
Hingga kini masih sering kita saksikan banyaknya konflik kekerasan, mulai dari antar individu, antar elit, antar kelompok, antar kampung, hingga antar suku dan agama di tanah air yang disebabkan oleh persoalan tidak adanya pemahaman multikultural. Keragaman dan kemajemukan kultur (budaya) ketika bersinggungan dengan ranah keagamaan, memicu tumbuh suburnya paham radikal yang acapkali direspon dengan sikap dan perilaku monolog monokultur yang sarat dengan klaim kebenaran maupun klaim keselamatan.
 “Menyikapi hal tersebut, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) sebagai bagian dari Islam mainstream di Indonesia, dengan berangkat dari kultur budaya, mengedepankan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin dan ke-Indonesia-an, merasa terpanggil untuk turut serta berkontribusi menyelamatkan generasi muda Islam dari ancaman krisis kebudayaan, kekerasan dan pengaruh radikalisme serta memberikan pemahaman penuh arti demokrasi Indonesia”. ujar Rofi’atun Ketua IPPNU Pati
Strategi yang dijalankan di antaranya adalah pembangunan jati diri bangsa untuk memperkokoh identitas kebangsaan, pemahaman falsafah budaya, dan penguatan jaringan Pelajar Nahdlatul Ulama di daerah agar mampu mentransformasikan gagasan dan ide-ide kebangsaan dalam memperkokoh integritas pelajar bangsa, mendukung penerbitan peraturan daerah yang melindungi budaya lokal, serta mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam mengenalkan budaya lokal ke masyarakat dunia. Tujuan mulia ini diharapkan jadi buah manis di masa mendatang.
 Begitu pula kemajemukan warga-masyarakat Indonesia adalah ibarat sebuah pelangi dalam perbedaan; justru mampu melahirkan mozaik keserasian dan keterpaduan warna-warni karena disikapi dan dikelola dengan penuh kearifan. Dengan peran demikian, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) berharap mampu menjalankan amanatnya dengan baik untuk membangun pelajar berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Manusia membutuhkan pengalaman hidup, begitu pula IPPNU butuh pengalaman untuk menyelesaikan tugas utamanya membangun pelajar Indonesia, tambah Rofi’atun

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button