Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Kali ini Suluk Maleman Membahas Fenomena Masyarakat Autoimun

Kali ini Suluk Maleman Membahas Fenomena Masyarakat Autoimun

  • account_circle admin
  • calendar_month Ming, 18 Mei 2025
  • visibility 61
  • comment 0 komentar

 

Pcnupati.or.id- Secara medis, sistem imun dikenal sebagai mekanisme pertahanan untuk menangkal masuknya virus atau bakteri ke dalam tubuh. Sistem imun akan mendeteksi zat asing yang masuk ke dalam tubuh, dan memproduksi antibodi untuk melawannya.
Persoalan muncul bilamana yang terjadi adalah autoimun, yakni kondisi ketika sistem kekebalan justru menjadi senjata makan tuan. Antibodi yang diproduksi justru menyerang tubuh manusia sendiri.
Fenomena medis ini yang kemudian digunakan sebagai pisau analisa untuk membedah fenomena serupa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi 161 yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia pada Sabtu (17/5) mengangkatnya dengan tajuk Dongeng Peradaban Autoimun.
Menurut penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba’asyin, sistem imun sebenarnya juga terjadi dalam kehidupan sosial, berupa reaksi spontan penolakan setiap ada unsur asing yang masuk. Tapi, sama seperti dalam fenomena medis, munculnya gejala autoimun bisa menjadi ancaman yang berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat.
“Ambil contoh,” jelas Anis, “ketika tentara yang harusnya menjadi antibodi yang menjaga masyarakat dari ancaman yang datang dari luar; tiba-tiba malah memosisikan masyarakat yang harus dijaganya sebagai ancaman misalnya. Atau penegak hukum, yang harusnya menjaga masyarakat dari para pelanggar hukum, tiba-tiba menggeneralisasi masyarakat sebagai pelanggar hukum. Atau ketika para politisi yang seharusnya manyalurkan aspirasi, justru memanipulasi masyarakat dan menindas kepentingannya. Atau ASN yang seharusnya melayani, justru menggeroti kehidupan masyarakat. Baik terjadi secara terpisah, apalagi bila berlangsung secara bersamaan; maka bisa dipastikan ini akan melumpuhkan kehidupan masyakat”
Kecuali elemen-elemen di atas, Anis juga menyebut adanya gejala autoimun lain yang muncul, baik secara organik mau pun hasil rekayasa, dalam kehidupan masyarakat. Ini seringkali bermula dari kebencian dan permusuhan antar atau inter kelompok maupun golongan. Gejala semacam ini tentu akan melemahkan kohesifitas ‘tubuh’ masyarakat itu sendiri. Apalagi ketika eskalasinya meningkat dan melahirkan konflik horizontal.
“Dengan beragam cara, kekuasaan, apalagi kekuasaan modern, cenderung menciptakan autoimun jenis ini demi menjaga dan melanggengkan kekuasaannya. Mereka sengaja merekayasa dan memprovokasi konflik yang secara potensial ada di masyarakat, atau menaman potensi konflik baru; agar masyarakat terpecah belah dan saling berhadapan satu dengan lain. Dengan demikian lebih mudah dikuasai,” jelas Anis.
Anis kemudian mengambil dua contoh terbaru untuk menjelaskannya. Pertama isu nasab sebagai contoh dari rekayasa potensi konflik yang memang secara laten ada di masyarakat. Yang kedua, isu cebong dan kampret yang sengaja ditanam untuk membelah masyarakat berdasar perbedaan aspirasi politik. Ironisnya kadang dendam akibat perseteruan macam ini justru diestafetkan dari generasi ke genarasi.
“Kalau hal seperti ini terus dikembangkan, maka kita sedang menanam bom waktu bagi masa depan,” tegasnya.
Dengan mengutip hadits Nabi, Anis menawarkan cara untuk menghindar dari fenomena autoimun sosial.
“Ada hadits menarik, mencintailah secukupnya dan membencilah secukupnya. Jangan terlalu mencintai, karena siapa tahu yang kamu cintai suatu saat menjadi musuhmu. Jangan pula terlalu membenci, karena mungkin yang kamu benci suatu saat bisa jadi sahabatmu,” ujarnya.
Dalam Islam, mencintai dan membenci harus karena Allah. Allah harus menjadi pusat yang menghubungkan antar mahluk. Kalau posisi Allah disingkirkan, maka baik hubungan cinta mau pun benci bisa menjadi destruktif; karena semua manusia pasti punya4 kelemahan dan kekurangan yang bisa menjadi amunisi lahirnya konflik.
Oleh sebab itu Anis mengritik penggunaan istilah muhibbin, karena menurutnya itu hanya adopsi dari istilah fans atau follower dalam dunia selebritas modern. Anis menyebut tidak ada model penggemar fanatik dalam Islam, di mana seseorang mencintai junjungannya secara fanatik dan satu arah.
“Dalam Islam yang dikenal adalah saling menyayangi. Bukan hanya satu arah tapi dua arah.Istilah thogut itu ketika kita memberhalakan sesuatu. Memuja sesuatu dengan berlebihan. Kalau seperti itu pasti ditindas,” ucapnya.
Pria yang juga mengasuh Sampak GusUran itu juga mengingatkan pentingnya berkumpul dengan orang sholeh. Menurutnya tataran sholeh adalah orang yang terus bertumbuh kebaikannya.
“Sholeh itu tidak statis, tapi dinamis. Bukan hanya selalu ke masjid, namun yang terus berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Orang yang beruntung adalah orang yang lebih baik dari sebelumnya,” imbuhnya.
Saling mencinta dan menyayangi adalah metode inter personal terbaik untuk menghindari munculnya gejala autoimun dalam relasi sosial. Sementara sebagai sebuah tananan, masyarakat butuh sosok-sosok terpercaya untuk membimbing mereka. Baik sosok tokoh masyarakat mau pun tokoh agama.
“Adam bisa disebut kholifah setelah tidak terikat dengan kepentingan duniawi. Nah dalam sebuah komunitas sosial tentu penting hadirnya sosok dalam tingkat tertentu sudah terbebas dari ikatan dunia. Mereka inilah yang mampu memilah dan memilih secara tepat, sehingga bisa menuntun masyarakat,” ucapnya.
“Celakanya,” lanjut Anis, “dalam proses menuju autoimun, sosok-sosok semacam ini justru menjadi sasaran pertama untuk dibunuh karakternya; sehingga masyarakat kehilangan sumber utama pemroduksi dan pengendali antibodi sosial.”
Anis menyebut bangsa Indonesia memiliki banyak nilai positif. Nilai positif itu bisa menjadi sistem imun dalam menangkal hal buruk.
“Bangsa ini disebut berada di deretan ke empat negara paling miskin di dunia. Anehnya, penelitian lain menyebut sebagai bangsa yang ada di deretan kedua bangsa paling bahagia di dunia. Hal itu bisa terjadi karena kuatnya interaksi dan saling bantu di masyarakat kita. Bahkan nongkrong di pos ronda saja sudah bisa membuat kita bahagia. Saya harap nilai semacam itu jangan sampai dihancurkan.Tak perlu silau budaya luar namun justru merusak tradisi luhur bangsa kita,” ujar Anis penutup Suluk Maleman.(*)

Keterangan foto: Anis Sholeh Ba’asyin dalam Ngaji NgAllah Suluk Maleman ‘Dongeng Peradaban Autoimun’ yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia, Sabtu (17/5).

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Sri Murwati Nakhodai Pemudi NU Trangkil

    Sri Murwati Nakhodai Pemudi NU Trangkil

    • calendar_month Sab, 21 Sep 2019
    • account_circle admin
    • visibility 66
    • 0Komentar

    TRANGKIL-Pengurus Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Kecamatan Trangkil, Pati resmi dilantik Jumat (20/9) siang. Dalam kesempatan tersebut, ketua PC Fatayat NU Pati, Asmonah, S.Ag., M.Pd.I. hadir secara langsung untuk melantik Sri Murwati dan kawan-kawan. Proses serah-terima jabatan dari Asmonah (Ketua PC Fatayat NU Pati) (depan-tengah) kepada Sri Murwati (ketua PAC Fatayat NU Trangkil) (depan-kiri) Sebelumnya, […]

  • Harlah NU, Genengmulyo Gelar Pengajian

    Harlah NU, Genengmulyo Gelar Pengajian

    • calendar_month Sen, 31 Jan 2022
    • account_circle admin
    • visibility 46
    • 0Komentar

      KH. Abdul Hadi Kurdi menyampaikan ceramah dalam rangka Harlah NU JUWANA – PR IPNU IPPNU Desa Genengmulyo sukses menggelar pengajian dalam rangka Harlah NU ke-96. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Masjid Jami’ Baitussalam, Sabtu (29/1/2022). KH. Abdul Hadi Kurdi diundang sebagai penceramah. Kegiatan dihadiri oleh GP Ansor, muslimat, Fatayat, NU, IPNU, IPPNU dan warga sekitar. […]

  • PCNU-PATI

    Agama Versus Agama

    • calendar_month Ming, 6 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 101
    • 0Komentar

    Dr. Ali Syariati adalah seorang Sosiolog dan Martir yang terbunuh atas perjuangannya menyalakan api revolusi di Kerajaan Syah Pahlevi di Tanah Persia. Api revolusi yang dikobarkannya menyala terang dan berhasil meruntuhkan tembok kerajaan Syah yang sudah berumur ribuan tahun. Namun beliau tidak sempat menyaksikan hasil perjuangannya tersebut dikarenakan kesyahidannya tepat 3 tahun sebelum revolusi. Meskipun […]

  • PCNU-PATI Photo by Dmitry Kropachev

    Singgah

    • calendar_month Rab, 27 Sep 2023
    • account_circle admin
    • visibility 56
    • 0Komentar

    Oleh : Niam At Majha Setelah sekian pekan saya rehat atas tulisan tulisan parodi pada hari rabu. Ketika sekian hari tanpa sesuatu tanpa tulisan satir dan lain sebagainya. Dan ternyata ada yang kurang bahkan ada yang menanyain perihal parodi sepekan sekali tersebut. “Kok tak nulis lagi, tak punya ide ya? “ Ketika ada pertanyaan seperti […]

  • PCNU-PATI

    Enam Rumah di Godo Winong Hanyut Diterjang Banjir Bandang

    • calendar_month Jum, 2 Des 2022
    • account_circle admin
    • visibility 60
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id – Banjir bandang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, Rabu (30/11/2022) lalu. Camat Winong, Luky Pratugas Narimo mengatakan, ada enam desa yang diterjang banjir bandang di kecamatan tersebut. Di antaranya Desa Kropak, Padangan, Danyangmulyo, Kudur, Gunungpanti, dan Godo. Ketinggian air bervariasi, mulai 1 hingga hampir 3 meter. Desa Godo, Gunungpanti, dan Kropak […]

  • Rencanakan Advokasi Kesehatan Masyarakat, Fatayat NU Pati Gandeng DPRD

    Rencanakan Advokasi Kesehatan Masyarakat, Fatayat NU Pati Gandeng DPRD

    • calendar_month Sab, 21 Agu 2021
    • account_circle admin
    • visibility 88
    • 0Komentar

    Para pengurus Fatayat NU Pati sedang melakukan audiensi dengan DPRD Kabupaten Pati terkait rencana Fatayat yang akan mengadakan program advokasi kesehatan masyarakat PATI – Pengurus Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama Kabupaten Pati adakan audiensi dengan komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati, Sabtu (21/8). Audiensi itu dilaksanakan dalam rangka meminta dukungan kepada DPRD setempat […]

expand_less