Iklan
Kolom

Santri Piouner dan Memiliki Kecerdasan Mileneal

Oleh : Fikrul Umam Ms*

Memperingati Hari Santri 2022, Pesantren memiliki corak pandang dan gagasan intelektual. Santri dituntut kemandirian dan memiliki kompetensi (Prof. Dr. KH. Yudian Wahyudi, 2021). Santri Indonesia memiliki kekhasan dan keimanan dalam bidang tertentu; yakni Santri harus manut dengan Kiai, Santri dididik untuk memiliki kemandirian, santri dituntut untuk berilmu pengetahuan.

Konten Terkait
Iklan

Kemungkinan yang terjadi pada saat ini, santri harus serba cepat, santri harus tanggap dengan perkembangan yang ada, Gus Dur memiliki pengembangan keintelektualan Santri, bagaiman Santri harus kuliah, bagaimana Santri harus berprestasi, bagaimana Santri harus tawadhu terhadap Kiai.

Peran Kiai

Kiai sebagai Ulama dipandang memiliki peran ganda, apakah seorang Kiai mapan dalam mendirikan pondok pesantren. Kiai dituntut mengikuti perkembangan zaman, bagaimana Kiai mampu mendidik santrinya dengan sukses, bagaimana Kiai memiliki kemampuan dalam hal mengolah lahan pertanian, dan bagaimana santri bisa bertafakur dan berikhtiar untuk memiliki masa depan.

Hadratusseikh KH. Hasyim Asy’ari dengan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang melahirkan santri-santri militan yang mandiri dan berdiri kokoh tegar menjalani hidup, berusaha untuk mandiri, dan tekun beribadah. Santri berpengetahuan intelektual dan mengikuti perkembangan zaman, dengan model musyawarah, diskusi, dan menyelesaikan berbagai masalah fiqh, adalah salah satu model yang diterapkan hingga saat ini. ‘’Almuhafadhotu alalqodimisholih walakhdu biljadidi ashlah.’’

Kiai saat ini dalam hal kekinian, tahun 2022 memiliki hal pengetahuan, hal untuk berdikari sesuai dengan kondisi kekinian, dan tanggap terhadap masa depan, ini suatu yang luar biasa, Kiai berwawasan Islam Nusantara dan sekarang saling melenmgkapi dalam hal sarana dan prasarana. Pesantren dituntut memiliki keunggulan, Kiai Yudian Wahyudi, menerapkan pemikiran dan perkembangan pesantren memiliki cara khusus agar santrinya dididik bisa keluar negeri.

Dalam hal ilmu pengetahuan misalnya, Kiai selalu memiliki konsep matang dalam hal perkembangan peradaban dunia, santri pilihan, cucu Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari yang juga presiden keempat Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid selalu mengedepankan toleransi dan memiliki konsep tersendiri dalam hal perkenmbangan pluralisme di Indonesia.

Menuju 1 ABAD Nahdlatul Ulama

Memasuki 1 Abad Nahdlatul Ulama, santri wajib memiliki keunggulan-keunggulan. Santri Milenial harus mampu menjawab tantangan zaman, santri harus berwawasan intelektual, santri harus mampu menjawab masalah-masalah kekinian, santri harus mampu Mumpuni, baik mumpuni dalam bidang sosial dan agama, juga matang atau mumpuni dalam bidang pengetahuan umum.  Menjelang 1 ABAD NU (100 tahun) berdirinya Nahdlatul Ulama, bagaimana NU berperan secara tepat dan cepat, menghadapi perubahan zaman, Prof. KH. Said Aqil Siroj, MA selalu merespon dengan baik, bagaimana memposisikan Ulama dengan Umaro’. Kiai Said selalu cerdas dalam hal memilih kepurtusan di forum Ulama baik Ketika ada Bahtsul Masail, masalah kompleks yang ada di Indonesia maupun dunia. Peran Islam Nusantara tidak terlepas dari konsep PBNU, yakni; Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.

Dengan penerapan dan konsep PBNU, Nahdlatul Ulama selalu terdepan dalam hal pemikiran, dalam hal kesiapan berpikir menghadapi masalah, dan mengkontekskan peran Ulama dan Kiai menjadi sebuah solusi kemaslahatan Umat.

Nahdlatul Ulama memiliki kekhasan dan memiliki informasi yang cepat, tepat, dan upto date dalam hal perkembangan teknologi. Teknologi di era Global yang dituntut serba cepat, contohnya  NU Online memiliki berita yang paling diminati Umat Islam di Indonesia.

Santri didikan Kiai, harus memiliki keunggulan-keuinggulan dan kreatifitas, diantaranya;

Pertama; Santri dituntut ilmu terapan, yaitu Santri harus mandiri secara kualitas dan kuantitas. Madrasah-madrasah di Indonesia memiliki santri yang pandai mengaplikasikan dan mengkontekskan suatu harapan menjadi wujud cita-cita.

Kedua; Santri harus tepat dan cerdas. Keistemewaan Pendidikan pesantren harus menjadi wujud dan harapan yang nyata. Pendidikan pesantren selalu melahirkan santri-santri pilihan dan mumpuni.

Santri pilihan masih sangat butuh pendampingan dan pelatihan, zaman serba cepat dan perkembangan teknologi di era digital dituntut mampu peka terhadap teknologi dan perkembangan. Pengembangan-pengembangan ilmu pengetahuan masih butuh kelanjutan setelah lulus dari pesantren.

Ketiga, momen Hari Santri 2022, sangatlah tepat untuk perbaikan dan santri masih butuh didikan Kiai dan masih butuh pondok pesantren. Wabah Covid 19 dan virus Corona mempengaruhi pola piker santri dan dikhawatirkan kemunduran dalam dunia Pendidikan. Kurangnya belajar dan kurangnya wawasan tentang keilmuan, membuat santri kurang peka terhadap perkembangan yang ada. Apakah santri nangtinya lulusan pesantren bisa mandiri? Apakah santri lulusan pesantren bisa mengaplikasikan dirinya dan perkembangan pengetahuan?

Cinta belajar dan haus pengetahuan

Pendidikan pesantren menurut KH. Abdul Ghaffar Rozin (Ketua RMI PBNU) dipandang santri memiliki konsep yang matang, santri masih belajar secara kelanjutan, Gus Rozin sapaan akrabnya, mendirikan Pesantren Ma’had Aly untuk menampung santri-santri Alumni Pondok Pesantren.

Cinta adalah rasa yang bertubi-tubi semangatnya, adanya cinta maka rasa haus akan pengalaman, pengetahuan, keilmuam mumpuni yang masuk era masa kini. Cinta ilmu itu bukan saja belajar terus menerus, akan tetapi membaca ruang, lihat tv, nonton video juga merupakan pengetahuan. Misalnya nonton berita tv, video atau documenter Pak H. Jokowi sambutan memberikan arahan, perintah, dan seruan untuk kepentingan negara dan Bangsa.

Dalam hal ini Dr. KH. Malik Madani Guru besar Syariah UIN Sunan Kalijaga, memiliki acuan khusus tentang konsep aturan-aturan dibidang Syariah yang berguna memahami fiqh secara teks dan konteks. Fiqh bersendikan Syara’, Syariat bersumber kepada Kitabullah. Memahami alqur’an tidak hanya sebatas tekstual, kalau belum mempelajari Syariat bagaiman bisa paham akan Al-Quran.

Al-Quran merupakan teropong dunia, dalam hal peradaban, dan perkembangan Islam Nusantara. Cinta Ilmu ‘’Tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslimin wa muslimatin’’ sangatlah pas diterapkan santri milenial dan kekinian. Kalau hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama sangatlah tepat, sangatlah pas dalam hal perkembangan dunia pesantren saat ini, inti dari ilmu Al-Quran dan Assunnah sangatlah pas untuk akhlaq santri, dan budi pekerti yang sesuai dengan akhlaqul karimah.

Cinta Al-Quran masih sesuai dengan kajian-kajian secara ilmu pengetahuan, kalau hanya paham teks saja, menurut KH. Musthofa  Bisri perlu masih banyak belajar. Perkembangan Ilmu Pengetahuan masih dirasa perlu untuk memperdalam Al-Quran dan menggalinya secara tepat, bagaiman permasalahan saat ini menjadi momok bagi santri.

Kalau santri masih mengikuti pola-pola lama, bagaimana santri bisa mengikuti kemanjuan era digital terapan. Presiden Joko Widodo memiliki tugas yang masih dirasa perlu untuk tepat sasaran dan belum memiliki Menteri yang unggul dalam hal Islam Nusantara. Presiden Jokowi masih ditunggu adanya perkembanmgan yang sesuai dengan kemajuan Global. Dunia era serba digital  2022 dirasa kurang, karena hutang dunia yang sepenuhnya tanggungan rakyat Indonesia. Akan tetapi, Presiden Joko Widodo sudah melakukan berbagai perbaikan-perbaikan di dalam pengetahuan dan teknbologi. Munculnya santri yang berperan di dalam pemerintahan, baik di eksekutif maupun legislative dirasa butuh Gerakan yang pas dengan perkembangan selanjutnya.

Inilah tugas santri tahun 2022 yang sangat dirasa perlu, sangat butuh sentuhan dan penanganan dalam hal informasi dan wawasan khusus untuk kebutuhan para santri.

Bimbingan Kiai diharapkan mampu menyelesaikan tugas-tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam hal Pendidikan perkemabngan SDM Santri.

Apakah santri bisa unggul dalam hal prestasi masa depan?

Apakah santri sudah berani untuk mainstream, berani melakukan research dan penelitian-penelitian untuk menemukan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang bisa bermanfaat untuk perkembangan zaman.

Hal ini perlu dijawab Bersama karena konteks perkembangan pengetahuan di pesantren sangat ditunggu kiprahnya di Masyarakat.

*FIKRUL UMAM MS adalah Penulis aktivis Sastra Pesantren, Redaksi Media Infokom LTN PCNU Kabupaten Pati. Wartawan NU Online.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Lihat Juga
Close
Back to top button