Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Berita » Suluk Maleman Menyoal Tuhan dalam Pemahaman Manusia

Suluk Maleman Menyoal Tuhan dalam Pemahaman Manusia

  • account_circle admin
  • calendar_month Ming, 20 Jul 2025
  • visibility 1
  • comment 0 komentar

 

Pcnupati.or.id Pemahaman manusia tentang Tuhan, karena perbedaan sudut pandang, acap menjadi rumit dalam banyak pembahasan. Masalah inilah yang mencoba dibedah di forum NgAllah Suluk Maleman yang digelar pada Sabtu (19/7) di Rumah Adab Indonesia Mulia.
Awalnya Anis Sholeh Ba’asyin menggaris-bawahi bahwa apa yang disebut ateisme bukanlah gejala baru.
“Dalam sejumlah teori, ditegaskan bahwa pada awalnya manusia percaya bahwa Tuhan adalah Esa. Kepercayaan ini, karena berbagai perkembangan budaya tertentu, kemudian bermetamorfosa menjadi kepercayaan terhadap dewa-dewa,” jelas Anis membuka acara.
Kenyataan semacam inilah inilah yang melatari munculnya istilah ateis di peradaban Yunani. Meski istilah ateis waktu itu tidak dipakai secara spesifik sebagaimana sekarang, tapi lebih merujuk pada kelompok atau bangsa yang konsepnya tentang Tuhan berbeda dengan konsep Tuhan yang dipercaya oleh orang Yunani.
Lebih lanjut Anis menjelaskan bahwa bukan hanya ateisme yang sudah ada jauh sebelum sains lahir, tapi juga masalah kebangkitan setelah kematian yang juga sudah dipertanyakan orang sejak dahulu kala.
“Al Qur’an bahkan menceritakan salah satu episode di mana Nabi Ibrahim sempat bertanya langsung pada Tuhan tentang bagaimana manusia bisa dibangkitkan kembali setelah kematiannya,” sambung Anis.
“Fakta bahwa ateisme dan ketidak percayaan tentang kebangkitan setelah kematian, sudah ada jauh sebelum sains berkembang, membuktikan bahwa tidak butuh sains untuk menjadi ateis atau tidak percaya tentang kehidupan setelah kematian. Dari sisi ini, pada dasarnya sains hanya dijadikan alat sofistifikasi bagi kepercayaan yang sudah lama ada,” tegas Anis.
Dengan catatan, Anis menyebut adanya perbedaan epistemologi antara ilmu dengan sains yang berkembang sejak masa pencerahan hingga di masa sekarang. Secara sederhana, Anis menyebut bahwa pada dasarnya ilmu berkait dengan semesta yang lahir dan batin, sementara sains cenderung mempersempitnya ke wilayah yang lahiriah belaka.
Beralih ke pembahasan tentang Tuhan, Anis menegaskan perlunya kehati-hatian dalam pembahasannya. Bahwa Tuhan ada, bisa dilacak lewat ilmu tertentu. Tapi adanya Tuhan harus dipisah dari konsep ada dalam persepsi manusia. Tuhan yang tak terbatas tak mungkin diraih dalam persepsi manusia yang selalu terbatas.
Menurut Anis, manusia butuh alat lain untuk mencoba memahami kehadiran aktual Tuhan. Alat tersebut adalah mata hati, atau dalam bahasa Yunani kuno disebut intellectus. Mata hati atau intellectus hanya diaktivasi dengan pembersihan diri secara terus menerus; pembersihan diri dari kemelekatan terhadap keberadaan dunianya.
Sementara itu budayawan asal Kudus, Dr Abdul Jalil, menambahkan bahwa relasi antara sains dan agama itu harus dibahas dalam koridor tepat.
“Apakah antagonistik, integralistik ataukah komplementer?,” tanya Jalil.
Jalil bahkan menyoroti paham baru yang menurutnya tak kalah membahayakan. Yakni kelompok yang mempercayai adanya Tuhan namun tidak percaya agama.
“Banyak tokoh sosial, hingga aktivis yang seperti itu. Mereka jelas percaya pada Tuhan tapi menganggap agama tidak penting. Ibaratnya moral yes, spiritual yes, tapi agama no,” ungkap Jalil.
Anis menganggap fenomena tersebut sebagai ironi. Di satu sisi, banyak orang beragama tapi tidak berTuhan. Di sisi lain, banyak orang berTuhan tapi tak beragama.
“Beragama tapi tak berTuhan, ibarat bentuk tanpa isi, atau tubuh tanpa ruh. Dia menjadi apa yang sekarang disebut zombie atau mayat berjalan. Sementara berTuhan tapi tak beragama, ibarat isi tanpa bentuk, atau ruh tanpa tubuh. Dia menjadi seperti hantu,” imbuh Anis.
Diskusi dengan tema yang cukup berat itu mampu dicairkan dengan iringan musik Sampak GusUran. Ratusan masyarakat terlihat antusias mengikuti diskusi yang digelar secara langsung di Rumah Adab Indonesia Mulia maupun berbagai platform media sosial Suluk Maleman.(*)

Keterangan foto: Anis Sholeh Ba’asyin dan Dr. Abdul Jalil dalam NgAllah Suluk Maleman ‘Tuhan Dalam Pemahaman Manusia’ yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia, Sabtu (19/7).

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI Photo by Diego Pazini Ferreira

    Es Teh

    • calendar_month Rab, 23 Agu 2023
    • account_circle admin
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Oleh : Niam At Majha Di lantai dua pada sebuah cafe saya lagi berbicang bincang membahas masa depan hingga berbicara tentang ketidakpastian akan semua hal yang ada disekeliling kita. Caffe ini bisa dibilang sudah sejak tahun lalu beridiri di bumi mina tani akan tetapi saya jarang jarang untuk menikmati senja di sini. Biasanya ketika saya […]

  • Pelajar NU Gandeng Pagar Nusa Ajari Silat

    Pelajar NU Gandeng Pagar Nusa Ajari Silat

    • calendar_month Rab, 8 Sep 2021
    • account_circle admin
    • visibility 2
    • 0Komentar

      Para pelajar NU Pagerharjo, Wedarijaksa sedang belajar jurus pencak silat yang diajarkan oleh pendekar dari Pagar Nusa setempat. WEDARIJAKSA – Pelajar NU Pagerharjo berkolaborasi dengan sejumlah organisasi mengadakan acara pelatihan pencak silat. Kegiatan inj dilaksanakan di halaman Masjid Al-Mabrur, Senin (6/9) malam. Dalam agenda tersebut IPNU dan IPPNU Ranting Pagerharjo sengaja menggandeng  Ikatan Pencak […]

  • PCNU-PATI Photo by The Cleveland Museum of Art

    Islam Ukhuwah Sebagai Ikhtiar Membangun Kesalehan Sosial

    • calendar_month Sab, 2 Des 2023
    • account_circle admin
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Oleh : Siswanto Manusia pada dasarnya adalah satu, tidak ada perbedaan satu sama lain, yang ada adalah hanyalah variasi dari kesatuannya. Namun sayangnya, manusia kini terpilah ke dalam banyak kelompok suku, kelompok, ras, etnik, adat-istiadat, agama, dan negara. Agama yang semula berniat menyatukan manusia yang telah terpilah dalam suku dan nafsu di bawah satu Tuhan […]

  • Mahabbah dan Ittiba’

    Mahabbah dan Ittiba’

    • calendar_month Kam, 12 Mar 2015
    • account_circle admin
    • visibility 0
    • 0Komentar

      الحمد لله رب العالمين الودود الذي يتودد إلى خلقه برحمته، والشكر لله رب العالمين الذي أوجد الكائنات بحكمته، وأشهد أن لا إله الله وحده لا شريك له، لا ينفعه ظمأ الظمئانين ولا جوع الجائعين لكن من ظميء لله يوماً كان حق على الله أن يسقيه في يوم ظمئه، ومن جاع لله تعالى يوماً كان […]

  • Perjalanan ke Lokasi Muktamar, Katib Syuriyah PWNU Jateng Wafat

    Perjalanan ke Lokasi Muktamar, Katib Syuriyah PWNU Jateng Wafat

    • calendar_month Sen, 20 Des 2021
    • account_circle admin
    • visibility 1
    • 0Komentar

    KH. Imam Sya’roni, Katib Syuriyah PWNU Jateng JAKARTA – Kabar duka menyelimuti PWNU Jawa Tengah jelang Muktamar NU ke-34 di Lampung 22-23 Desember mendatang. Pasalnya, Katib Syuriyah PWNU Jateng, KH. Imam Sya’roni dikabarkan wafat saat perjalanan menuju lokasi muktamar.  Pengasuh Ponpes As Sa’adah, Gayamsari Semarang tersebut sempat dilarikan ke RSCM Jakarta untuk mendapatkan pertolongan medis. […]

  • Menggali Potensi Lokal

    Menggali Potensi Lokal

    • calendar_month Sel, 4 Apr 2017
    • account_circle admin
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Pati. Jajaran Pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kec Juwana mengadakan Konferensi, hal tersebut di lakukan sesuai dengan ketentuan dalam organisasi Nahdlatul Ulama apabila sudah berakhir masa jabatan maka akan di lakukan reorganisasi. bertempat di Kantor MWCNU Juwana Jl. Juwana Tayu Km 2 Dukutalit Juwana. Selasa, 28/3. Setelah Ketua Siswoyo memberikan laporan pertanggung jawaban perjalanan […]

expand_less