Gandeng IPNU-IPPNU, Irmas Baitun Nur Selenggarakan Sarasehan Literasi
PATI-Literasi menjadi kebutuhan mendesak di era digital ini. Terlebih minimnya minat kaum milenials terhadap dunia literasi akhir-akhir ini menambah beban bagi kehidupan yang akan datang.
![]() |
Aguk Irawan, salah satu pemantik ketika memaparkan materi dalam Pelatihan Literasi yang digelar di Aula Islamic Centre Masjid Baitun Nur Pati. |
Dari satu fenomena ini, sudah selayaknya generasi muda mulai menyadari betapa literasi sangat diperlukan dan literasi pula semakin minim peminat. Oleh sebab itu, IPNU dan IPPNU Pati sebagai pelopor pelajar NU menggagas semangat literasi dalam setiap program kerjanya.
Gagasan ini dibawa oleh Salman (ketua IPNU Pati dan Sulistyani (ketua IPPNU Pati) untuk menyongsong dua tahun pengabdiannya hingga 2021 mendatang. Giat ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik internal NU maupun elemen-elemen lain di luar NU.
Salah satu pihak yang sepakat dengan program ini adalah Ikatan Remaja Masjid (Irmas) Baitun Nur Pati. Bahkan Irmas Masjid Agung Pati menggandeng IPNU dan IPPNU dalam pelatihan menulis Sabtu (23/11) kemarin.
Sarasehan literasi dengan tajuk ‘Takhlukkan Mindset Menulis Itu Susah, Menuju Pelajar Pati Kawal Deradikalisasi dengan Keratif Menulis’ pun di gelar sebagai bentuk kerjasama keduanya. Sedikitnya seratusan peserta mengikuti agenda yang diselenggarakan di Islamic Centre Masjid Baitun Nur Pati ini.
Menurut Yaroh, salah satu pengurus IPPNU yang terlibat dalam kepanitian, para peserta yang datang dalam pelatihan tersebut sangat beragam. Namun semuanya merupakan pelajar islam yang ada di Kabupaten Pati.
“Pesertanya berasal dari perwakilan Rohis SMA/SMK se Pati, IPM, PII, dan delegasi dari PAC (IPNU-IPPNU) se-Kabupaten Pati.” Akunya.
Panitia sangat serius dalam menyelenggarakan pelatihan ini. Sebab tujuan utamanya bukan hanya untuk menjunjung tinggi semangat literasi namun juga menangkal faham-faham radikal yang mulai menjangkit kaum pelajar.
“Awalnya panitia hanya berencana melaksanakan pelatihan literasi, namun setelah ditimbang, kami sepakat memasukkan deradikalisasi sebagai tema.” Lanjut Yaroh.
Dengan alasan ini, maka pemateri yang dipilihpun tidak asal. Tetapi dengan beragam pertimbangan. Hasilnya dipilihlah Aguk Irawan MN dan H. M. Ghufron Wahid.
Keduanya dianggap memikiki kapabilitas bukan hanya dibidang kepenulisan, namun juga semangat deradikalisasi. Hal ini dilakukan agar sejalan dengan tema yang diusung.
Ratusan peserta yang hadir pun tampak antusias dengan penyampaian materi yang simple dan mudah difahami. Suasana pelatihan juga cenderung cair sehingga memudahkan peserta untuk mencerna apa yang disampaikan pemantik.
“Menulis memang sulit jika tidak pernah baca, malas berfikir dan tidak konsisten.” Canda Aguk Irawan diiringan kelakar peserta.
Ssementara M. Ghufron juga tidak mau kalah dalam memberikan motivasi. Ia bahkan menyatakan bahwa penguasaan teknis hanya berperan sedikit dalam kepenulisan.
“Menulis itu terdiri dari sepuluh persen teknis dan sembilan puluh persen semangat serta kemauan.” Tandas M. Ghufron.(ltn/lut)