Doakan Saja, Jangan Pertanyakan

Selamat merayakan hari raya Idhul fitri untuk segenap umat Islam. Idhul fitri adalah hari yang ditunggu setelah sebulan penuh melakukan ibadah puasa. Momen hari kemenangan sekali dalam setahun digunakan untuk saling berkunjung ke sanak saudara maupun tetangga untuk saling memaafkan atas segala kesalahan disengaja atau pun tak dan saling mendoakan.
Momen tersebut tak akan lepas dari membicarakan banyak hal. Makanan, fashion, sampai urusan pribadi menjadi perbincangan yang menarik. Saya tergelitik dengan pertanyaan yang hampir setiap tahun tak pernah absen untuk diutarakan. Pertanyaan yang bagi siapapun tak tau apa dan bagaimana menjawabnya. Sebuah pertanyaan mengolok sekaligus menohok. Lebih tepatnya.
Mengapa obrolan seputar privasi orang menjadi bahan empuk untuk terus dibicarakan. Apa karena tak ada pembahasan lain atau karena memang hanya itu yang diketahui. Padahal hampir setiap hari selain Idhul fitri saat berkumpul pembahasannya juga itu saja. Apa tak bosan. Entahlah. Bisa jadi sebab sifat dasar manusia adalah selalu penasaran, maka obrolan terkait orang lain terasa nikmat untuk dibicarakan.
Saat saya berkunjung ke rumah saudara di hari pertama Idhul fitri, hampir setiap rumah yang kami kunjungi menanyakan hal yang sama. Kapan menikah? Mengapa kata kapan begitu sangat menarik untuk dijadikan kata pembuka perbincangan. Barangkali ini bukan hanya terjadi pada saya, karena beberapa teman sebaya yang masih melajang juga bercerita mendapat cecaran pertanyaan itu. Pertanyaan sederhana tapi mengena.
Selain kami yang masih melajang ini, para mama papa yang belum dikaruniai momongan juga turut menjadi sasaran. Kapan punya momongan,atau kapan mau nambah lagi dan seterusnya. Saya heran, horor sekali pertanyaan “kapan” ini. Apakah tak ada kata atau kalimat untuk membuka perbincangan selain kata kapan. Atau barangkali ada pertanyaan yang lainnya. Misal pertanyaan tentang capaian soal karir, prestasi atau yang lainnya.
Sejatinya manusia hanya berusaha, Tuhan yang berkehendak. Bagi kita yang masih melajang maupun yang sudah menikah namun belum dikaruniai anak, bukan berarti kita hanya berdiam diri. Pastinya kita telah berusaha, akan tetapi apalah daya kalau Tuhan belum berkehendak. Menyoal kata “kapan” kaitannya adalah soal waktu. Tunggu dan lihat saja waktu yang akan menjawab. Semestinya momen Idhul fitri ini alangkah eloknya digunakan untuk saling mendoakan bukan mengulik privasi orang.
Dalam Idhul fitri tahun ini; saya meminta maaf atas segala salah dan khilaf baik sengaja maupun tak, pada hari kemenangan ini, alangkah indahnya kita saling mendoakan.
(Inayatun Najikah)