Kebangkitan Nahdlatut Tujjar

Oleh : Dr. H. Jamal Makmur Asmani
Memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama, tantangan terbesar NU adalah nahdlatut tujjar, kebangkitan ekonomi.
Tashwirul afkar sudah dipresentasikan tafaqquh fiddin di pesantren, madrasah, perguruan tinggi, madin, dan TPQ. Sedangkan nahdlatul wathan sudah menjadi ‘karakter inhern’ NU dalam kiprah kebangsaan dan kemanusiaan.
Maka, nahdlatut tujjar masih menjadi bidang yang harus diperjuangkan.
Sejak era awal pendiriannya, Hadlratussyaikh KH. Moh. Hasyim Asy’ari merintis ‘syirkatul inan’, dengan mendirikan toko-toko yang memberikan diskon kepada warga NU yang membawa KARTANU (Kartu Tanda Nahdlatul Ulama).
Dikembangkan di era Gus Dur dengan mendirikan Bank-Bank di Pesantren. Dan di era KH. Said Aqil Siradj digalakkan kebangkitan Lazisnu (Lembaga Amil Zakat Infak Nahdlatul Ulama).
Dalam forum bedah buku ‘Jihad Kebangsaan dan Kemanusiaan Nahdlatul Ulama’ menyongsong 1 Abad NU, H. Tri Handoko, Ketua Lazisnu MWCNU Winong, memberikan beberapa tips sukses menggalakkan Lazisnu.
1. Membangun manajemen yang amanah, transparan dan akuntabel dengan prosedur dan mekanisme yang bisa dipertanggungjawabkan.
2. Mekanisme pengawasan harus diatur dan dilaksanakan secara disiplin supaya potensi kecurangan dihindari dan dicegah sejak dini.
3. Jika dua langkah di atas sudah dilakukan, maka kepercayaan akan didapat. Jika kepercayaan sudah didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menggalakkan fundraising sebagai berikut:
A. Kotak koin disebar dengan pendataan yang akurat dan valid.
B. Non-Koin:
Di Lazisnu MWCNU Winong, non-koin adalah iuran Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) setiap bulan untuk program pembelian mobil layanan umat, yang diteruskan dengan klinik kesehatan NU.
Yang luar biasa adalah anggota NU yang mengikuti program ini sudah mencapai 5000 (lima ribu) dan lima tahun ke depan akan dikembangkan menjadi 25.000,- (dua puluh lima ribu).
C. Menggalakkan Zakat Tijarah yang berhasil menghimpun kurang lebih Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta) pertahun.
D. Menggalakkan zakat pertanian yang baru dirintis.
Sementara Dr. Ahmad Qosim menjelaskan pentingnya NU merintis Klinik Kesehatan untuk melayani aspek kesehatan warga NU. Untuk mendukung ini diharuskan warga NU meneruskan studi di jurusan kedokteran dan kesehatan supaya mampu mengisi ‘ruang kosong’ yang jarang ditempuh kader-kader NU yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat setiap saat.
Dengan SDM unggul di bidang ini, NU akan mudah mendirikan Klinik Kesehatan bahkan Rumah Sakit Nahdlatul Ulama.
Semoga ikhtiyar menjemput abad ke dua NU mendapat hidayah, taufiq, dan ridlo Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Bedah Buku di PP. Inaratud Duja Fin Nahwi Wat Tashnifi Pasucen, Sabtu, 26 Rajab 1444 / 17 Februari 2023