Hismawati PIM Tingkatkan Keterampilan Menulis Demi NKRI
MARGOYOSO-Himpunan Siswa Mathali’ul Falah Putri (Hismawati) menggelar Pelatihan Jurnalistik untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa putri. Acara yg digelar pada Jumat (9/8) di Aula lantai 2 PIM Lil Banat diprakarsai oleh Sie Majalah Ukhuwah dengan menghadirkan narasumber M. Sofyan Alnashr, dosen IPMAFA Pati.
![]() |
Sofyan Alnashr sedang memaparkan materi tentang jurnalisme di aula lantai 2 PIM Lil Banat |
Tema dari pelatihan ini ialah “Goresan Pena Santri sebagai Benteng NKRI” dengan harapan para santri mengisi dan mempertahankan NKRI melalui tulisannya. Hal itu disampaikan Dewan Penasehat Hismawati, Noor Maziyah, pada saat acara pembukaan. Santri saatnya mengangkat pena menuliskan ide dan gagasan keislaman dan pesantren demi mengisi kemerdekaan.
Pada dasarnya kemampuan santri dalam membaca dan menulis sangat baik, hal ini tak terlepas dari tradisi keilmuan di pesantren yakni membaca dan menulis.
“Agar semakin terampil, maka perlu diasah terus supaya lancar. Ibarat naik sepeda, kalau saat jatuh tidak berani mencoba lagi tentu tidak akan bisa naik sepeda”, ungkap Sofyan.
Selama ini Hismawati telah rutin menerbitkan majalah Ukhuwwah setiap tahun. “Ide dan gagasan santri kalau tidak dituliskan akan lenyap begitu saja. Menulis berarti mengabadikan gagasan agar bisa dibaca orang lain”, imbuhnya. Ingat bahwa sejarah dimulai ketika manusia mengenal tulisan.
Pria yang juga pengurus LTN NU Pati divisi Diklat ini menerangkan, generasi saat ini bisa membaca dan mempelajari Alquran juga karena ditulis dalam mushaf oleh para sahabat, terutama sahabat Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Sofyan juga berkelakar, “Jangan sampai santri malah hanya mampu menulis status atau story di media sosial saja”.
Pelatihan ini diawali dengan pendalaman materi tentang reportase dan teknik wawancara. Pada sesi selanjutnya sebanyak 60 peserta dibagi menjadi 6 kelompok untuk praktik membuat buletin.
“Mereka praktik membuat buletin dengan rubrik laporan, wawancara, artikel, features, dan sastra”. Sementara ditulis tangan karena keterbatasan dan tidak dicetak. Jika hasilnya bagus bisa dicetak untuk buletin mingguan.
Sekar, salah seorang peserta bertanya bagaimana menuliskan ide agar bisa lancar. “Menulis, menulis, dan menulis, lakukan dulu”, jawab Sofyan singkat. Jika sudah sering menulis baru kemudian direvisi dan diperbaiki sehingga layak dibaca publik. Setiap orang memiliki kemampuan menulis, dan akan terampil menulis jika mereka tidak berhenti menulis.(yan/ltn)