Iklan
Kolom

Fenomena FOMO Ramadan

Oleh Hamidulloh Ibda*

 

Apa to sakjane FOMO kuwi? Fear of Missing Out atau FOMO pada intinya perasaan cemas ketinggalan pengalaman atau aktivitas tertentu yang sering muncul saat Rmadan. Fenomena Ramadan intinya perasaan cemas atau takut ketinggalan momen-momen berharga selama bulan Ramadan. Fenomena ini seringkali dipicu oleh media sosial, ya Facebook, Instagram, TikTok, X, di mana orang-orang membagikan aktivitas Ramadan mereka, seperti buka bersama, tarawih berjemaah, atau kegiatan sosial lainnya.

Konten Terkait
Iklan

 

FOMO merupakan sebuah istilah psikologis yang menggambarkan perasaan cemas atau takut akan kehilangan sesuatu yang penting atau berharga. Di bulan Ramadan, FOMO muncul ketika seseorang merasa khawatir tidak dapat memaksimalkan ibadah mereka atau merasa tidak cukup beramal shalih dibandingkan dengan orang lain. Misalnya, merasa cemas karena tidak bisa mengaji sebanyak teman-teman, tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan ibadah, atau merasa kurang khusyuk dalam shalat dibandingkan dengan yang lain.

 

Ramadan harus dinikmati sebagai bulan yang penuh berkah, rahmat, dan pengampunan. Namun, di tengah keistimewaan bulan suci ini, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan perasaan yang mengganggu kualitas ibadah kita. Salah satu fenomena yang kini semakin umum terjadi adalah “FOMO Ramadan” yaitu rasa khawatir atau cemas karena merasa ketinggalan kesempatan untuk meraih pahala yang berlimpah di bulan Ramadan. Fenomena ini bisa memengaruhi banyak orang, terutama dengan adanya tekanan sosial, ekspektasi yang tinggi, dan perbandingan dengan orang lain dalam hal ibadah.

 

Penyebab FOMO Ramadan

Fenomena ini seringkali diperburuk dengan hadirnya media sosial, di mana kita sering melihat berbagai postingan tentang orang yang tampaknya bisa memaksimalkan ibadah mereka dengan sempurna. Teman-teman kita mungkin berbagi foto saat sahur bersama keluarga, gambar mereka yang sedang khusyuk membaca Al-Qur’an, atau cerita tentang sedekah yang mereka berikan. Semua ini dapat memunculkan rasa khawatir bahwa kita tidak melakukan yang terbaik, atau bahkan takut kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang maksimal di bulan Ramadan.

 

Setidaknya, beberapa penyebab menjadikan lahirnya FOMO Ramadan. Pertama, perbandingan sosial, kalau bahasa orang Pati adalah tangeh nganggo lamun. Salah satu faktor utama munculnya FOMO Ramadan adalah perbandingan sosial. Di zaman sekarang, media sosial memberi kita akses untuk melihat apa yang orang lain lakukan setiap saat. Melihat orang lain lebih aktif beribadah, misalnya, dapat memunculkan perasaan bahwa kita tidak cukup melakukan hal yang sama, meskipun kenyataannya setiap individu memiliki kemampuan dan cara yang berbeda dalam beribadah.

 

Kedua, keterbatasan waktu dan energi. Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan berbagai ibadah, tetapi juga bulan dengan banyak aktivitas, mulai dari puasa, shalat, zakat, sedekah, hingga acara berbuka puasa bersama. Terkadang, dengan jadwal yang padat dan keterbatasan waktu, kita merasa kesulitan untuk memaksimalkan setiap ibadah, yang pada gilirannya memunculkan rasa FOMO, seolah-olah ada banyak kesempatan yang terlewatkan.

 

Ketiga, tekanan ekspektasi. Kokean ngelamun jika saya membahasakan lah. Ramadan sering kali dilihat sebagai bulan untuk mencapai kesempurnaan dalam ibadah. Tekanan ini dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari lingkungan sosial. Banyak yang merasa perlu untuk memenuhi ekspektasi tinggi, baik itu dalam hal puasa yang sempurna, shalat malam (tahajud) yang panjang, atau membaca Al-Qur’an setiap hari. Ketika seseorang merasa tidak dapat memenuhi harapan tersebut, perasaan cemas dan tidak cukup baik bisa timbul.

 

Dampak Negatif dari FOMO Ramadan

Meskipun FOMO dapat memotivasi beberapa orang untuk lebih banyak beribadah, dalam banyak kasus, fenomena ini justru membawa dampak negatif. Pertama, stres dan kecemasan. Terus-menerus merasa cemas tentang kurangnya ibadah atau ketidakmampuan untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh diri sendiri atau orang lain dapat menyebabkan stres. Perasaan tersebut bisa mengganggu fokus dan ketenangan dalam beribadah, yang seharusnya menjadi tujuan utama Ramadan. Iki dimbar-mbarke isa marakke gendeng tenan!

 

Kedua, mengurangi kualitas ibadah. FOMO sering kali menyebabkan kita terlalu terfokus pada kuantitas ibadah (seberapa banyak yang bisa kita lakukan) daripada kualitas ibadah itu sendiri. Alih-alih melaksanakan ibadah dengan penuh khusyuk dan penghayatan, kita justru terjebak dalam perasaan harus memenuhi target-target tertentu, yang akhirnya malah mengurangi kesungguhan dalam ibadah.

 

Ketiga, mengabaikan keikhlasan. Salah satu hal yang terpenting dalam beribadah adalah keikhlasan. Ketika seseorang terjebak dalam FOMO Ramadan, ibadah bisa dilakukan hanya demi pencitraan atau untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Hal ini bertentangan dengan inti dari ibadah yang seharusnya dilaksanakan semata-mata untuk meraih keridaan Allah.

 

Solusi

Secara garis besar, fenomena FOMO Ramadan merupakan sebuah hal yang dapat mengganggu kekhusyuan dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan. Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga niat dan fokus dalam beribadah, serta menghindari perasaan cemas atau takut ketinggalan momen-momen yang tidak esensial. Maka kita harus menawarkan sejumlah solusi.

 

Pertama, fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Alih-alih khawatir tentang seberapa banyak ibadah yang bisa dilakukan, kita perlu fokus pada kualitas ibadah kita. Setiap amalan, meskipun sedikit, jika dilakukan dengan niat yang ikhlas dan penuh penghayatan, akan lebih bernilai di sisi Allah. Usahakan untuk melaksanakan ibadah dengan penuh hati, meskipun hanya shalat lima waktu atau membaca Al-Qur’an beberapa ayat.

 

Kedua, hapuskan perbandingan sosial. Ojo kokean ngelamun keduwuren. Media sosial bisa menjadi penyebab utama FOMO. Cobalah untuk mengurangi konsumsi media sosial selama Ramadan dan fokus pada diri sendiri. Ingat bahwa setiap orang memiliki perjalanan ibadah yang berbeda-beda, dan yang terpenting adalah apa yang kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan bagaimana kita terlihat di mata orang lain.

 

Ketiga, atur waktu dengan bijak. Salah satu cara untuk mengurangi rasa FOMO adalah dengan mengelola waktu secara efektif. Prioritaskan ibadah yang paling penting, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan berdoa. Jangan terlalu terbebani dengan kegiatan lain yang mungkin menambah stres, seperti mengikuti acara buka puasa bersama yang terlalu sering atau memaksakan diri untuk mengikuti segala aktivitas sosial.

 

Keempat, tetap bersyukur dan berikhtiar. Ramadan adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan yang terpenting adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan penuh syukur. Jangan terlalu keras pada diri sendiri, dan jangan biarkan perasaan FOMO merusak niat baik Anda. Berusaha yang terbaik untuk beribadah adalah yang terpenting, dan Allah Maha Mengetahui usaha kita.

 

Fenomena FOMO Ramadan adalah tantangan yang banyak dihadapi oleh umat Islam di zaman sekarang, terutama dengan pengaruh media sosial yang besar. Namun, kita harus ingat bahwa Ramadan adalah waktu yang sangat pribadi untuk kita berhubungan dengan Allah, bukan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Dengan menjaga fokus pada kualitas ibadah, mengurangi tekanan sosial, dan lebih banyak bersyukur, kita dapat menghindari perasaan FOMO dan memanfaatkan bulan Ramadan dengan lebih baik.

 

Semoga Ramadan ini menjadi kesempatan yang penuh berkah untuk kita semua, dan semoga kita dapat menghidupkan setiap detiknya dengan ibadah yang ikhlas dan penuh penghayatan.

 

Apakah dirimu juga kena FOMO Ramadan?

 

*Dr. Hamidulloh Ibda, penulis lahir di Pati, dosen dan Wakil Rektor I Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung (2021-2025), Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah (2024-2029), reviewer 31 Jurnal Internasional terindeks Scopus, Editor Frontiers in Education terindeks Scopus Q1 (2023-sekarang), dan dapat dikunjungi di website Hamidullohibda.com.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Lihat Juga
Close
Back to top button