Beban Berat Masyarakat
Beberapa hari lalu, saat saya perjalanan berangkat ke kantor, saya berhenti untuk mengisi bahan bakar ke salah satu SPBU yang saya lewati. Antriannya panjang. Sepanjang kemacetan menuju kota Atlas. Sabar. Dalam antrian di depan saya rata rata sepeda motor besar, seperti Megapro, Vixion, GL Pro, GL Mex, GL 100, Win 100, RX King dan seterusnya.
Saat pembelian saya amati, dengan telit; pengisiannya rata-rata seratus ribu semua. Namun ada sedikit banyak kejanggalan ketika beli seratus ribu, kok ada kelebihan dua ribu rupiah, sedangkan nominal yang tertera di monitor pengisian hanya seratus ribu. Mau berujar aneh, jangan jangan saya sendiri yang aneh soalnya ini Indonesia negara tercinta dengan segala ke aneka ragaman hayati dan hewani.
Tentu, hal tersebut membuat saya penasaran. Setelah saya telisik, saya amati mereka beli untuk di jual kembali. Begitu canggih untuk mengibuli, ketika peraturan tak boleh membeli bahan bakar yang bersubsidi memakai derijen. Para petugas mengamini edaran pemerintah tersebut. Akan tetapi petugas SPBU serta pelaku usaha Pom Mini ada solusi dengan menggunakan tangki, dengan syarat ketentuan berlaku yaitu apabila pembelian seratus ribu harus ada kelebihan dua ribu. Sebagai stimulus agar aliran bahan bakar tetap mulus.
Saya sebagai pekerja swasta yang setiap hari harus menempuh perjalanan 25 km, terkadang jengkel sendiri ketika mengantri di SPBU, namun yang di perioritaskan adalah para tengkulak Pom Mini, bukan para pengguna harian.
Jika beberapa minggu ke belakang, semua media online memberitakan betapa ribetnya pembelian Bahan Bakar Minyak terutama yang bersubsidi yaitu harus mendownload aplikasi My Pertamina, setelah mendaftar baru akan di layani. Apabila dulu jika di hebohkan dengan semuanya memakai kartu, kartu miskin, kartu pintar, kartu sehat, lha kok sak iki malahan men donwload My dan My baik untuk kesehatan, kepintaran bahkan ngisi bensin wae harus aplikasi.
Tentu, sebagai masyarakat harus manut dengan apa yang menjadi kebijakan pemerintah baik kebijakan uji coba atau kebijakam lainnya. Ketika kita membeli bahan bakar minyak bukan dipermudah malahan di persulit, kenapa pembelian sepeda motor, mobil tak ikut dipersulit? Dengan pembatasan penjualan sepeda motor dan mobil tentu penghermatan penggunaan bahan bakar minyak ikut terbatasi, kontra produktif jarene teman saya yang warek kae.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sila ke 5 dari Pancasila sampai saaat ini masih menjadi diskusi dan wacana ber wacana. Dengan hal ini dengan adanya terkait kebaikan BBM yang awalnya dari Bahan Bakar Minyak menjadi Beban Berat Masyarakat. Bermasyarakat dengan penuh beban yang di emban. (Niam At Majha)