Memaknai Satu Abad NU

Oleh : Siswanto
Tepat pada tanggal 7 Februari 2023 Nahdlatul Ulama (NU) berusia 100 tahun atau lebih tepatnya satu abad menurut kalender hijriyah. Tentunya di usia satu abad ini, NU memiliki kontribusi besar terhadap Indonesia dan dunia dalam hal dunia Islam. Dalam usia satu abad NU, ada tonggak-tonggak sejarah yang patut dicatat dan dikenang.
Adapun dalam hal ini, tonggak-tonggak NU dalam sejarahnya dapat kita lihat antara lain menurut hemat penulis yaitu.
Pertama, komitmen NU dalam menjaga keutuhan NKRI yang tercermin dalam pernyataan momentum resolusijihad yang berbunyi; “Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardu ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak,bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 kilometer dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar itu, jadi fardu kifayah.”
Diktum resolusi jihad yang kemudian menjelma menjadi pemompa semangat dan kenekatan perlawanan rakyat Indonesia yang didominasi sipil dan sebagaian besar dari kalangan santri itu adalah karya agung progresif nan-revolusioner yang lahir dari pikiran jernih dan hati yang suci ulama-ulama dan kiai saat itu,termasuk hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Bisri Syansuri.
Penting untuk dicatat bahwa pemicu utama meletusnya pertempuran pada 26-29 Oktober 1945 di Surabaya antara rakyat sipil dan NICA adalah fatwa jihad fi sabilillah yang dikeluarkan oleh ulama-ulama NU yang diinisiasi oleh hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Dari adanya fatwa di atas, semua unsur elemen masyarakat khususnya kalangan santri terpelecut untuk melakukan jihad fi sabilillah dalam membela ibu pertiwi dari kolonialisme. Sehingga dari peristiwa tersebut hingga sekarang kita kenal dengan Peringatan Hari Santri Nasional.
Kedua, NU sebagai garda terdepan dalam mengawal Pancasila. Karena sejauh inimenurut hemat penulis, NU selalu membentengi Pancasila dan NKRI dari segala ancaman yang ingin memecah belah bangsa dari adanya terorisme, ekstremisme, fundamentalisme, dan radikalisme. Itu semua bertujuan untuk merusakporanda tatanan negara dari aliran-aliran yang tidak jelas. Maka, peran NU di sini selalu mengajak dan merangkul mereka yang sengaja ingin memecah belah bangsa untuk kembali pada ajaran Nabi Muhammad yang rahmatal lilalamin yakni agama rahmat bagi seluruh umat Islam di dunia. Karena Islam mengajarkan nilai-nilai rahman, rahim, welas-asih, kasih-sayang, dan mengajarkan sifat yang penuh dengan kedamaian.
Oleh karena itu, selama ini NU selalu mengajarkan dan mengamalkan nialai-nilai yang fleksibel di masyarakat tidak kaku, melainkan lebih menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang dijalankan oleh masyarakat adat setempat dan diselami dengan khasanah Islam. Sepertihalnya yang diajarkan oleh para wali songo. Sehingga peran NU di tengah-tengah masyarakat mudah diterima dan ajaraannya diamalkan oleh masyarakat.
Ketiga, komitmen NU untuk memajukan ekonomi kerakyatan. Dalam bidang ini, NU melalui Nahdlatut Tujjar bisa kita temukan dalam statute NU fatsal 3 yaitu; “mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan, dan perusahaan yang tiada dilarang oleh sara.”
Mengenai salah satutujuan pendirian NU yang berkonsentrasi untuk memberikan perhatian kepada ekonomi kerakyatan atau perdagangan. Dalam hal ini, tercantum dalam ekonomi kerakyatan ala NU dan menyangkut banyak bidang, seperti perdagangan, penyediaan barang dan jasa, dan tentu saja pertanian, serta kelautan. Sebab kita tahu, bahwa pertanian dan kelautan merupakan sektor dominan masyarakat Indonesia, khususnya kalangan nahdliyin. Oleh karena itu, melalui satu abad NU ini dan memasuki abad kedua NU, sudah sayogjanya NU harus berbenah dari pelbagai sektor, agar kedepan NU lebih baik dan menjadi pusat peradaban dunia.