Dialog Interaktif sebagai Bentuk Merajut Kerukunan Antar Umat Beragama
Pcnupati.or.id- Jepara-Segenap Mahasiswa Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) yangsedang melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Tempur Kecamatan Keling kabupaten Jepara melakukan kegiatan dialog interaktif kampung moderasi beragama, dengan tema “Merajut Kerukunan antar Umat Beragama”. Senin (04/09/23).
Kegiatan yang dimulai dari sambutan Perangkat Desa oleh Bapak Mahfudh mengapresiasi adanya dialog interaktif antar umat beragama, karena menurutnya kegiatan ini baru pertama kali diadakan antar umat beragama.
“Lebih lanjut beliau juga menjelaskan bahwa di Desa Tempur umat beragama baik Islam maupun non-muslim (Kristen) hidup berjejeran dan saling mengayomi satu sama lain. Bahkan uniknya ketika ada salah satu warga Tempur yang meninggal, justru umat Kristen memakai sarung dan peci, sedangkang umat Islam memakai celana dan kaos, sehingga dari situ banyak orang yang menilai kalau yang ikut takziyah adalah umat islam semua, melainkan juga umat Kristen ikut menghadiri untuk memberikan penghormatan. Begitulah indahnya toleransi antar umat beragama.”
Selain itu juga saat dialog interaktif dimulai dari perspektif agama yang disampaikan oleh Miftahul Munif menjelaskan bahwa dalam sejarahnya Nabi Muhammad saw tidak melarang jamaah umat Kristen kala itu melakukan kebaktian di Masjid Nabawi. Hal ini menurut beliau merupakan bentuk toleransi yang sudah ada di zaman Rasulluahi saw.
Sedangkan menurut Nur Salam selaku tokoh umat Islam menjelaskan dalam perspektif kearifan lokal mencontohkan bahwa, di Tempur baik umat Islam dan umat Kristen sudah biasanya hidup saling berdampingan dan saling bahu-membahu dalam mengikuti kegiatan baik diselenggarakan dari umat Islam maupun umat Kristen. Misalnya dalam hal ini adalah saat melakukan istighosah di masjid yang jamaahnya meludak sampai ke jalan dan rumah warga. Dari umat Kristen membuka selebar-lebarnya teras Gereja untuk dipakai jamaah umat Islam, kata beliau.
Adapaun menurut Suwadi selaku tokoh umat Kristen menjelaskan bahwa bentuk toleransi yang terjalin Ketika Pembangunan Gereja umat Islam tidak ikut sumbangsih dalam bentuk tenaga saja, melainkan juga ikut membelikan material.
Selain itu juga saat umat Kristen merayakan Hari Natal yang bertugas menjadi keamaan adalah dari Ansor dan Banser untuk menertibkan keamanan di lokasi. Dan Ketika jamaah umat Kristen meludak teras atau serambi masjid juga diperbolehkan untuk ditempati oleh Umat Kristen. Tambahnya.
Dan perlu diingat di Desa Tempur tidak hanya dalam bentuk toleransinya tinggi juga yang unik letak antar masjid dan gereja hanya berjarak lima meter, sehingga dari situ banyak dari pengunjung luar negeri maupun dari akademisi untuk melakukan penelitian di desa tempur.
Adapun kedepannya, harapannya dengan adanya dialog ini desa Tempur bisa menjadi desa percontohan dalam bentuk toleransi antar umat beragama.