Iklan
Kolom

Celeng, Babi, dan Anjir

Oleh Hamidulloh Ibda

Tiga bentuk umpatan di atas sengaja saya jadikan judul pada artikel ini. Mengingat, ragam bahasa yang digunakan anak-anak dan remaja kita, sekarang ini memprihatinkan. Di semua level. Entah pra sekolah, SD/MI hingga SMA/SMK/MA. Di kota dan desa sama. Meski bentuk umpatannya berbeda.

Umpatan ditinjau dari bentuknya pun beragam. Pertama, nama binatang seperti asu, babi, celeng, kerbau, dan lainnya. Kedua, kondisi kejiwaan seperti gila, stres, tidak waras, eror, dan lainnya. Ketiga, nama anggota tubuh, seperti matamu, dengkulmu, untumu, dan lainnya. Keempat, umpatan bahasa slang dan bahasa lokal seperti anjir (bentuk lain dari anjing), jancuk/dancuk, sikak, thelo, jidor, puki/pukimai, fuck, matamen picek, bajingan, dan lainnya.

Konten Terkait
Iklan

Bentuk umpatan di atas bisa dilihat dari perspektif beragam. Namun umpatan yang diungkapkan tidak sesuai konteks, bukan ekspresi budaya, melainkan dijadikan alat marah-marah, maka hal itu termasuk kerusakan bahasa. Bahkan memang tidak diperbolehkan karena bahasa mengandung kekuatan magis.

*Kerusakan Bahasa Anak*

Secara konseptual, kerusakan bahasa pada anak dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan tingkat keparahan. Beberapa bentuk kerusakan bahasa memang beragam. Pertama, penggunaan bahasa kasar, kotor, atau ragam umpatan.

Kedua, gangguan bicara. Anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan suara atau kata-kata dengan jelas. Ini bisa meliputi penggantian, penghilangan, atau distorsi bunyi tertentu. Contohnya, anak mungkin mengucapkan “pintu” sebagai “intu” atau “masak” sebagai “matak”.

Kedua, gangguan pemahaman bahasa. Anak mungkin memiliki kesulitan dalam memahami arti kata-kata, kalimat, atau instruksi yang diberikan kepada mereka. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengikuti arah, mengenali objek atau menghubungkan kata-kata dengan maknanya.

Ketiga, kelambatan perkembangan bahasa. Anak mengalami keterlambatan dalam mengembangkan kemampuan bahasa secara umum. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata, mengucapkan suara-suara atau kata-kata dengan benar, atau menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang lengkap.

Keempat, gangguan kecerdasan verbal. Anak mungkin memiliki tingkat kecerdasan verbal yang rendah, yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam memahami, menggunakan, dan memproduksi bahasa secara efektif.

Kelima, gangguan keterampilan membaca dan menulis. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Mereka mungkin memiliki masalah dalam mengenali huruf, memahami bunyi huruf, memahami teks yang dibaca, atau mengekspresikan diri secara tertulis.

Penyebab kerusakan bahasa pada anak bisa bervariasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak termasuk faktor genetik, gangguan pendengaran, gangguan perkembangan, kelainan perkembangan otak, kurangnya rangsangan bahasa yang memadai, atau lingkungan yang tidak mendukung perkembangan bahasa.

Jika Anda mengkhawatirkan perkembangan bahasa anak, penting untuk berkonsultasi dengan seorang profesional seperti ahli bicara atau logopedi. Mereka dapat melakukan penilaian terperinci dan memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak. Semakin dini intervensi dimulai, semakin baik peluang pemulihan bahasa anak.

*Perkembangan Bahasa Anak*

Perkembangan bahasa anak merupakan proses di mana seorang anak belajar dan menguasai bahasa dalam berbagai aspek, termasuk kemampuan berbicara, memahami, membaca, dan menulis. Terdapat beberapa perkembangan bahasa anak yang umum terjadi.

Pertama, pada tahap awal kehidupan, anak mulai mengeluarkan suara-suara sebagai bentuk komunikasi. Mereka akan merespons suara-suara yang mereka dengar di sekitar mereka, mulai dari suara ibu, ayah, atau orang lain. Anak-anak juga mulai mengenali suara-suara dasar dalam bahasa mereka sendiri.

Kedua, tahap suara awal. Anak-anak kemudian mulai mengucapkan suara-suaranya sendiri, seperti “mama” atau “dada.” Pada tahap ini, artikulasi belum sempurna, dan anak sering kali mengucapkan suara yang masih belum jelas.

Ketiga, tahap kata tunggal. Pada tahap ini, anak mulai menggunakan kata-kata tunggal untuk menyampaikan makna. Misalnya, mereka mungkin mengatakan “air” ketika mereka ingin minum atau “main” ketika mereka ingin bermain. Anak juga dapat menggabungkan kata-kata untuk membentuk frasa sederhana.

Keempat, tahap kalimat dua kata. Anak-anak kemudian mulai menggunakan dua kata dalam satu kalimat untuk menyampaikan pesan yang lebih lengkap. Misalnya, mereka bisa mengatakan “mama pulang” atau “main bola.”

Kelima, tahap kalimat kompleks. Anak-anak kemudian mulai menggunakan kalimat yang lebih kompleks dan mengembangkan kosakata mereka. Mereka mampu menggabungkan kata-kata dengan konjungsi seperti “dan,” “atau,” atau “karena” untuk menghubungkan gagasan.

Keenam, kemampuan berbicara yang lebih lanjut. Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak mengembangkan kemampuan berbicara yang lebih lanjut. Mereka bisa mengungkapkan ide-ide kompleks, menggunakan kalimat yang lebih panjang, dan memahami bahasa yang lebih abstrak.

Ketujuh, membaca dan menulis. Pada tahap ini, anak-anak mulai mempelajari membaca dan menulis. Mereka mengenali huruf, menghubungkannya dengan bunyi, dan menggabungkannya menjadi kata-kata. Selain itu, mereka juga mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat.

*Perlu Pengawalan*

Ketika sudah mengetahui konsep kerusakan bahasa anak dan perkembangan bahasa anak, orang tua harus mengawal mereka. Bagi saya, umpatan itu sah-sah saja karena merupakan bagian dari kehidupan manusia dan bagian dari ragam bahasa di Indonesia.

Banyak kearifan lokal di Indonesia berupa umpatan yang beragam bahasanya. Namun, pengucapannya harus tahu konteks, karena salah satu temuan riset saya, umpatan itu untuk penanda keakraban, kedekatan, dan sapaan, serta ekspresi budaya seorang. “Piye kabarmu, Cuk?” Bagi orang Jawa Timur, ini bukan marah-marah dan kata-kata jelek, namun penanda keakraban. Jika tidak kenal dan akrab, tidak mungkin berani mengucapkan “cuk”.

Maka orang tua dan guru perlu mengawal perkembangan bahasa anak. Sebab, perkembangan bahasa anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk lingkungan di sekitarnya, interaksi dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, serta kegiatan pembelajaran yang mereka alami. 

Penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan dukungan yang tepat dan memfasilitasi perkembangan bahasa anak dengan membaca bersama, berbicara dengan mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk berinteraksi secara verbal dalam berbagai situasi.

Tulisan ini merupakan pandangan saya terhadap beragam varian umpatan yang diucapkan anak-anak. Bisa salah bisa benar. Semua bergantung cara pandang. Bukankah begitu, Cuk?

_-Penulis adalah dosen mata kuliah Bahasa dan Sastra MI/SD Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung._

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button