Iklan
Berita

Pembiasaan Ibadah Salat Dhuha, Asmaul Husna dan Dzikir Tahlil MI Terpadu Riyadhus Sholihin

Pcnupati.or.id- Sukoharjo – Di zaman yang modern ini, dampak kemajuan teknologi pada kemampuan anak semakin terlihat. Semua dapat dilihat dari seberapa sering anak bermain gadget. Jika ini terus berjalan tanpa adanya kontrol orangtua, maka besar kemungkinan perkembangan otak anak akan terhambat karena cenderung asik dengan dunia online (game). Anak yang kecanduan gadget akan cenderung malas untuk bergerak, berpikir kritis dan sulit mengontrol emosi karena merasa dunia nya ada pada gadget. Maka dari itu, untuk saat ini pemilihan madrasah atau sekolah yang dapat mengatur kegiatan anak yaitu memadukan ilmu pengetahuan dan religi sangat diperlukan.

 

Penanaman karakter yang dilakukan di sekolah atau madrasah memiliki waktu kurang lebih 6-7 jam dalam sehari, dengan waktu tersebut madrasah dapat memberikan kegiatan-kegiatan positif sebagai pembiasaan. Seperti di MI Terpadu Riyadhus Sholihin penanaman karakter religius selalu di terapkan setiap hari mulai pukul 07.00-08.30 WIB. Kegiatan anak ketika sampai di madrasah dimulai dengan berwudhu dan sholat dhuha berjama’ah, setelah itu anak-anak akan membaca do’a sholat dhuha dan Asmaul Husna bersama-sama. Hal itu diungkapkan Guru MI Terpadu Riyadhus Sholihin Nguter Sukoharjo, Diana Zulfa Nurfarihah kepada media, Sabtu (15/2/2025).

 

Iklan

Dijelaskannya, bahwa semua kegiatan tersebut dilakukan menggunakan suara yang keras, serta dipimpin oleh imam, yang mana imam tersebut berasal dari anak laki-laki kelas 2-3 secara bergantian setiap harinya. Setelah kegiatan tersebut anak-anak akan melanjutkan kegiatan mengaji dengan metode “Talaqqi” yang mana dipimpin oleh Ustadzah Naela Nur Hayati Al-Hafidzoh sehingga bacaan dan hafalan Al-Qur’an anak-anak dipastikan bersanad. Kemudian setelah “Talaqqi” ada mengaji dengan sistem “sorogan” agar anak dapat membaca al-qur’an dengan lancar,madrasah menerapkan “Tahsin Metode Baghdadiyah” dan juga “sorogan” setoran hafalan pada ustadz dan ustadzah pengampu.

 

Selain semua kegiatan tersebut, madrasah menerapkan pembiasaan “Ziarah Kubur, Dzikir dan Tahlil” setiap hari Jum’at agar anak-anak mengerti adanya kehidupan setelah kematian dan betapa pentingnya do’a dari anak yang sholih dan sholihah. Setelah semua kegiatan tersebut selesai anak-anak akan belajar ilmu pengetahuan umum sampai waktu sholat dzuhur tiba. Kegiatan berjama’ah Sholat Dzuhur pun diterapkan, agar anak-anak tau jika ada ibadah wajib yaitu “Salat Fardhu” yang tidak boleh terlewat.

 

Menurutnya, dari sini, bisa menjadi pertimbangan betapa pentingnya pemilihan madrasah atau sekolah bagi anak. Mana madrasah yang mampu membawa anak memiliki karakter religius, sopan dan santun serta adapat mengatur waktu nya sendiri. Sehingga mereka mampu membedakan waktu, mana waktu untuk beribadah dan mana waktu untuk belajar dan bermain.

 

“Penanaman karakter melalui kegiatan religi pembiasaan ibadah dan mengaji di MI Terpadu Riyadhus Sholihin,” kata Guru MI Terpadu Riyadhus Sholihin Diana Zulfa Nurfarihah.

 

 

Kegiatan yang berjalan rutin dan tertib, anak-anak dapat membedakan mana waktu beribadah dan mana waktu belajar. Dewan guru sebagai pelaksana kegiatan yang mengawasi setiap kegiatan siswa, terutama kegiatan religi selalu membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut. (*)

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Lihat Juga
Close
Back to top button