Iklan
Berita

Seminar Jurnalistik LTNNU Tambak Romo Usung Tema Santri

Ruang zoom meeting Seninar Jurnalistik LTN NU Tambakromo

Iklan

TAMBAKROMO – Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) MWC NU Kecamatan Tambakromo membuat agenda yang cukup mengesankan Minggu (17/10) pagi tadi. Pasalnya, setelah sekian lama tidak melakukan pelatihan, kali ini lembaga yang diketuai oleh Ahmad Suparyono tersebut menggelar Seminar Jurnalistik via zoom meeting. 

“Memang belum pelatihan, tahapnya masih seminar, tapi ini semoga menjadi langkah awal,” tutur dia. 

Kegiatan positif ini juga mendapatkan dukungan penuh dari ketua MWC NU Tambakromo, KH. Sukahar. Dirinya berharap, bahwa agenda LTN ini bisa membawa kemajuan bagi NU di dunia informasi.

“Semoga acaranya berjalan lancar dan penuh berkah,” tuturnya saat membuk acara.

Mengusung tema ‘Optimalisasi Jurnalistik di Lingkungan Santri sebagai Wujud Cinta Tanah Air’, Paryono menghadirkan tiga pemateri dari sekaligus. Di antaranya, Maulana Luthfi Karim, (Redaktur LTN NU Pati), Angga Saputra (anggkta PWI Pati) dan Niam At Majha (sastrawan sekaligus kontributor NU Online). 

Karim yang memaparkan materi tentang berita, menegaskan bahwa pada era serba mudah ini peran berita menjadi sangat penting. Hadirnya generasi NU yang memiliki passion jurnalistik, terang Karim, merupakan kabar gembira. 

“Setidaknya kalau NU menguasai dunia jurnalistik, akan bisa mereduksi berita-berita hoax dan provokatif,” jelas dia. 

Sebab, menurut pria yang juga pengusaha ayam goreng ini, kader NU selalu dididik untuk bersuara berdasarkan referensi dan anti hoax. Bagi dia, ini adalah salah satu kelebihan NU. 

“Kalau media massa dikuasai oleh kader NU, insya allah adem,” terangnya sambil berkelakar. 

Ungkapan ini diiyakan sekaligus oleh pemateri kedua, Angga. Pria asal Lahar, Tlogowungu yang memaparkan etika jurnalisme ini mengamini statemen Karim. Menurutnya, seorang jurnalis harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalisme. 

“Jurnalis itu harus mampu bersikap independen, apa yang kita sampaikan harus bersifat faktual, tidak boleh mengarang,” tandas dia. 

Sementara Niam At Majha yang menyampaikan materi jurnalisme santri merasa perlu adanya pengenalan lebih mendalam tentang dunia jurnalistik kepada santri. Sebab, menurut pantauannya, hanya ada beberapa pesantren yang melek jurnalistik selama ini. 

“Pesantren sebagai basis santri, masih minim pengaplikasian jurnalisme,” tanggapnya. 

Menurut pria asal Plukaran, Gembong ini, adanya pesantren yang menekankan tulis menulis merupakan kabar baik. Ia menykntohkan, beberapa pesantren di Madura telah banyak melahirkan jurnalis andal karena telah terbiasa sejak mondok.

“Setiap ketemu jurnalis santri yang keren-keren rata-rata orang Madura atau alumni sana. Ternyata kesadaran menggiatkan jurnalistik sudah diterapkan di beberapa pesantren Madura,” pungkasnya.(lut/ltn)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button