Warga Hidupkan Tradisi Barikan guna Hentikan Covid-19
![]() |
Warga Dukuh Sentul Melaksanakan Tradisi Barikan Kamis (1/7) malam. Acara ini ditujukan untuk tolak balak, terutama Covid-19 |
GEMBONG-Sudah setahun lebih, warga dunia hidup berdampingan dengan Virus Corona. Tidak terkecuali warga Jawa Tengah. Merebaknya kasus Covid-19 di Kabupaten Pati, membuat beberapa elemen masyarakat berupaya maksimal untuk menghentikan laju penularan virus ini.
Mulai usaha lahiriyah seperti mengenakan masker, membiasakan cuci tangan hingga menghindari kerumunan, sudah banyak dilakukan. Namun kasus Covid-19 yang belum menunjukkan angka penurunan, membuat sebagian warga memilih cara lain.
Di Kecamatan Gembong, misalnya, cara spiritual dipilih sebagai salah satu ihtiar penanggulangan Covid-19. Tradisi Barikan yang hampir punah, pun dihidupkan kembali guna memerangi virus ini.
“Ihtiar lahir kan sudah (dilakukan). Sekarang ikhtiar bathinnya. Kita memohon ampun kepada Allah, dan berdoa mudah-mudahan corona cepat hilang.” Ungkap H. Ahmad Suyono, salah seorang tokoh Masyarakat di Dukuh Sentul, Desa Gembong Kecamatan Gembong, Kamis (1/7) malam.
Barikan tidak hanya dilakukan di Dukuh Sentul. Ada beberapa daerah di Kecamatan Gembong yang juga melaksanakan acara serupa. Di antaranya, di Desa Bermi, Bergad dan Pohgading. Biasanya kegiatan ini dilangsungkan di tepi perempatan atau pertigaan jalan.
“Barikan ini isinya selamatan, doa bersama dan makan jajanan pasar bersama tapi tetap dengan prokes dan peserta yang dibatasi. Jangan sampai kita berusaha menghentikan Corona tapi dengan cara yang mempermudah penularan Corona.” Tutur Ariful Hadi, ketua Ranting NU Desa Bermi yang juga mempelopori tradisi barikan di desanya.
Kegiatan Barikan ini merupakan tradisi yang hampir punah di lingkungan masyarakat masa kini. Namun berkat adanya Covid-19, justru tradisi ini hidup kembali sebagai wujud ketidakberdayaan manusia.
“Kita ini kelihatannya saja gagah, tapi diserang makhluk sekecil virus saja tidak berdaya. Sudah saatnya kita mengingat kembali Sang Pencipta, barangkali kita banyak lupa dan dosa.” Imbuh Ariful.
Ariful menambahkan bahwa upaya bathin juga harus diperkuat. Namun menurutnya, usaha lahir juga tetap harus dilaksanakan.
“Kita yang bukan orang medis ikut saja imbauan dokter dan orang-orang medis. Dan jangan lupa berdoa dengan cara dan kepercayaan masing-masing.” Pungkasnya.(karim/ltn)
Dari segi amaliyah jelas bahwa barikan merupakan ikhtiyar untuk bertaqorrub kpd Allah SWT, dengan bershodaqoh dan berdoa bersama. Namun dr sisi tempat yg digunakan utk acara, kadangkala menimbulkan kekecewaan orang lain yg hendak melewati jalan yg digunakan utk acara barikan itu ternyata tertutup / ditutup sehingga mereka yg akan melewati jalan itu harus kembali/ melewati jalan lain. Apakah hal ini (tepi perempatan / pertigaan jalanan sebagai tempat acara barikan) dibenarkan secara syariat? Karena dapat mengganggu orang lain yg akan lewat?
Alangkah arifnya tempat yg digunakan adalah tepi perempatan/ pertigaan jalan yg bukan merupakan jalan utama, atau tempat lain yg tdk menimbulkan gangguan kpd orang lain.
Mungkin tidak begitu masalah kalau perempatan/ pertigaan jalan itu adalah jalan yg hanya dilewati masyarakat setempat. Karena mereka sudah maklum.
Wallaahu a'lam.