Iklan
Berita

Moderasi Beragama sebagai Langkah Mengajarkan Cara Pandang Beragama dengan Santun

Pcnupati.or.id. – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan sosialisasi moderasi beragama, di Aula Bakorwil Jawa Tengah Pati, Senin (31/7/2023) kemarin. Pada kesempatan itu pihaknya mendatangkan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara (UNISNU), Mayadina Rohmi Musfiroh.

Hadir dalam kegiatan itu, ratusan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dari SMA maupun SMK di Pati. Agenda ini juga dalam rangka menyukseskan program Indonesia Emas tahun 2045 mendatang. 

Mayadina mengatakan, moderasi beragama sebagai langkah dalam mengajarkan cara pandang dan sikap serta perilaku agar santun dalam beragama. Termasuk dalam memahami esensi ajaran agama.

Iklan

“Kami harap melalui sosialisasi ini, para guru PAI yang hadir dapat memberi tauladan bagi para siswa dengan menerapkan nilai universal agama berupa kemanusiaan dan kesetaraan,” tutur dia.

Menurut dia, kemanusiaan dan kesetaraan perlu diejawantahkan melalui sejumlah sikap. Di antaranya sikap adil, berimbang, dan taat konstitusi. 

Ia menjelaskan, dalam menjalani moderasi beragama, konstitusi merupakan salah satu hal yang penting. 

Menurutnya moderasi beragama yang berlandaskan pada konstitusi atau perundangan akan menghilangkan kesan keras dalam beragama. 

“Itu menjadi salah satu cara menjaga ekspresi beragama. Sehingga beragama secara radikal tidak ada lagi,” ujar dia.

Sementara itu Ketua MUI Pati, Abdul Karim menuturkan, penyebaran radikalisme cenderung pada masa transisi siswa, yaitu dari SMA ke perguruan tinggi. Dengan itu, sosialisasi moderasi beragama perlu ditekankan pada jenjang SMA sederajat.

Berdasarkan data dari Badan Intelejen Negara (BIN), lanjut Karim, ada sebanyak 15 provinsi di Indonesia yang menjadi tempat pengembangan radikalisme. 

Dari 15 provinsi itu, dengan persentase 33 persen di jenjang SMA, dan 24 persen di perguruan tinggi.

Meskipun demikian, ia meyakini jika di Pati masih aman dari doktrin radikalisme tersebut.  

“Saat ini Kabupaten Pati memang belum. Namun masyarakat Pati yang dikenal multikultural, tidak menutup kemungkinan ada penyerapan,” tandas dia. (Angga/ltn)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button